Saya baru saja membaca pesan broadcast yang bapak/ibu kirim
untuk semua masyarakat Indonesia tentang aksi meliburkan diri sehari bagi semua
dokter sebagai bentuk solidaritas atas musibah yang menimpa teman bapak/ibu
dokter.
Kami tentunya ikut prihatin dan berharap masalah itu cepat
terselesaikan. Menggelar aksi protes, turun ke jalan meyuarakan aspirasi
seperti yang diberitakan kemarin hal yang wajar tentunya, kami tidak
mempersoalkan itu. Tapi jika hari ini bapak/ibu dokter harus meliburkan diri
dan menutup mata atas pasien yang harus mendapat pelayanan medis, pengobatan
atau sentuhan tangan seorang dokter kami pikir harus dibicarakan terlebih
dahulu.
Jika teman bapak/ibu dikenakan kasus kriminalisasi karena
pasien yang dia tangani meninggal karena hal yang tidak disengaja, bagaimana dengan sikap
meliburkan diri bapak/ibu yang bisa mengakibatkan meninggalnya pasien karena
tidak mendapatkan tindakan dokter, apakah itu tidak masuk kriminalisasi juga? Ini
bukan kasus pertama atas meninggalnya pasien yang sementara ditangani dokter,
sudah banyak kasus sebelumnya, tapi mungkin karena perasaan sedih dan geram
keluarga pasien sehingga harus membawa dokter yang menangani ke meja
pengadilan. Siapapun itu, jika keluarga atau orang yang disayangi meninggal
pasti akan sedih, dan melakukan hal-hal untuk meluapkan kesedihan, seperti yang
dialami teman bapak/ibu yang dilaporkan oleh keluarga pasien yang lagi sedih
karena keluarganya meninggal. Pernahkah bapak/ibu mengamati, berbincang atau
mendengarkan keluhan mereka yang sakit, yang membawa diri mereka, keluarga
mereka ke rumah sakit dan berserah diri kepada bapak/ibu dokter sebagai seorang
yang dianggap ahli untuk menyembuhkan? Pernahkah bapak/ibu mendengar keluhan
seorang pasien yang sudah 3 hari terbaring di rumah sakit tapi Cuma diberi obat
Antalgin dan cairan infus? Nenek saya dokter yang mengalami itu, dan 3 tahun
lalu dia sudah meninggal karena penyakit yang berulang kali dia bawa ke rumah
sakit untuk disembuhkan. Dokter tau tidak seberapa banyak orang harus meninggal
karena tidak punya biaya? Karena untuk bertemu dokter itu harus menyiapkan
lembaran rupiah yang banyak? Dokter tau tidak, setiap pasien kadang hanya di
kunjungi dokter paling lama 30 menit dalam sehari, diluar sabtu dan minggu,
selebihnya cuma ditangani oleh perawat bahkan biasanya cuma mahasiswa perawat yang masih praktek? Dokter
tau tidak, berapa banyak pasien yang tidak menebus semua resep obat yang dokter
berikan karena uangnya tidak cukup? Dokter tau tidak betapa banyak pasien yang
sebenarnya juga butuh diapresiasikan aspirasinya untuk mendapatkan pelayanan
maksimal?
Bapak/ibu dokter yang kami sayangi dan selalu harapkan
jasanya, tau tidak betapa banyak pasien yang mempercayakan sepenuhnya hidup
mereka kepada bapak/ibu, yang tidak pernah protes diberi obat apapun itu, yang
tidak pernah protes kenapa mereka disuruh minum obat 3x1 bukan 7x1 agar cepat
sembuh, yang selalu mengharapkan bapak/ibu ada dan memberi mereka sedikit
semangat dan harapan untuk tetap sehat.
Bapak/ibu dokter, jika harus menyuarakan aspirasi dan
menuntut keadilan untuk teman bapak/ibu kami sangat mendukung, tapi jangan
korbankan pasien bapak/ibu, mereka tidak punya hubungan dengan kasus yang
menimpah teman bapak/ibu..
Sekian dan semoga bisa menjadi bahan refleksi..terima kasih.
acc
0 komentar:
Posting Komentar