Akhir 2013

Seperti tahun sebelumnya, kemeriahan selalu mewarnai malam pergantian tahun, momen sama yang sudah saya saksikan sejak kecil dulu. Ini sudah seperti sebuah tradisi atau sebuah ritual, terkhusus bagi remaja atau muda mudi, meskipun orang tua ada juga yang berpartisipasi, ini seperti hari perayaan kebesaran lainnya, dan semoga saya salah atas pernyataan tersebut.
Tapi jika ini adalah sebuah tradisi, maka ini tradisi yang lintas batas, lintas usia, lintas golongan, suku, ras bahkan agama.
Terlepas dari pro dan kontra berbagai penanggap, tapi realitanya seperti itu. Perayaan ini identik dengan pesta atau hura-hura, mulai dari kota besar hingga ke desa, mulai dari menyewa musik mahal, elektone, atau sekedar mengeluarkan speaker pribadi ke pinggir jalan kemudian bernyanyi bersama, perayaan dalam kategori paling sederhana biasanya sekedar berkumpul bersama dalam canda tawa menikmati kopi, teh atau minuman kemasan seperti teh gelas dan tahu isi. Yang sedikit religius biasanya merayakannya dengan doa bersama, atau yang membingkainya dalam nuansa intelektual biasa merayakan dengan diskusi bersama, setelah itu makan-makan..

Sore ini tanda-tanda perayaan itu semakin jelas, meskipun dari kemarin sebenarnya sudah banyak yang curi start, lebih duluan meledakkan petasan dan kembang api. Tapi sore ini semua semakin gencar, semakin gesit untuk menuju puncak perayaan. Penjual petasan dan kembang api semakin sengit bersaing memikat pembeli. Tidak mau kalah, penjual jagung, penjual ikan dan penjual arang ambil andil untuk mereka yang akan merayakan dengan bakar-bakar jagung atau ikan.. penjual terompet yang harus kerja ekstra membungkus jualan mereka agar tidak basah oleh rintik hujan juga berperan aktif.
Di sudut kota sana, mereka yang berlebih sudah mulai masuk ke ruang-ruang yang sedikit mewah, yang dipenuhi lampu kedap-kedip berwarna warni, bersama pasangan masing-masing atau teman-teman mereka tentunya. Ada juga katanya yang merayakan di kamar hotel, tapi..akh.. entahlah dengan itu, saya tidak paham.

Rintik hujan yang begitu tipis, kecil-kecil terus menetes dari langit, sepertinya ia sudah lelah dari pagi tadi menyerang dengan derasnya, membasahi bumi hingga tanah tak mampu lagi menampung airnya, dan membiarkan menggenang di permukaan. Ini tentunya baik mereka, hujan tidak menghalangi mereka keluar malam ini, rintik kecil bukan hal yang berarti, basah sedikit bukanlah sebuah masalah untuk acara tahunan ini. Bahkan rintik itu menjadi hiasan alami, warna yang terlihat indah menetes diselah cahaya lampu jalan.
Kembang api sudah mulai ramai mewarnai langit, petasan yang bersahutan seperti bersaing satu sama lain, suara bising, suara musik dan suara cempreng yang ikut menyanyi mengisi  hingga detik-detik menghitung mundur pergantian tahun. 10-9-8-7-6-5-4-3-2..dan tiba-tiba terdengar suara gemuruh, semua diam, berhenti menghitung..dan seketika suara ledakan pecah..mereka berteriak histeris, berlari berhamburan...ahhh...itu badai..meruntuhkan gedung, membelah jalan, mereka berlarian menyelamatkan diri..seperti semut yang disiram air keras, ada yang terinjak ada yang melompat.. hanya hitungan detik, air laut ikut meluap, diikuti longsor..semua disapu rata, gedung, rumah, kendaraan, semua digilas habis..banyak dari mereka terseret, ada yang tertimpa bangunan..atap seng beterbangan, menghantam siapa saja yang dilewati..suara petasan dan nyanyian berganti histeris dan tangis, darah banyak yang tertumpah.. rata..semua rata..mereka terkapar, ada yang kehilangan kepala, badan mereka terpotong menjadi dua, bahkan ada yang hancur remuk..tragis, sedih..
Tiba-tiba semua hening, dan terdengar suara perempuan "sayang, bangun maki, jadi mi kopi ta sama pisang goreng di meja"..ahh, itu suara istriku.. :D :D

acc...
(Sinjai: 31 Desember 2013)

2 komentar: