Nasionalisme Karena Capres

Seketika banyak orang beralih menjadi pengamat politik, berbicara tentang peta politik bangsa, membedah karakter dan perilaku para figur yang bermain dalam arena politik pemenangan calon presiden. Nasionalisme kembali dikobarkan, setelah kemarin pertarungan keluarga, teman dan ego daerah telah padam. Semua berbicara tentang kebaikan bangsa dan kesejahteraan rakyat yang telah dirancang dalam bentuk visi misi dengan susunan kata kata yang tentunya harus meyakinkan. 
Semangat ini, semangat untuk menjadi pemimpin bangsa, kadang susah dibedakan antara semangat atau ego kepentingan. kepentingan pribadi, kelompok, partai dan juga pihak asing, mungkin. Semangat Ini pula yang merambah dan mendominasi perilaku para pendukung. Semangat yang kadang tidak berlandaskan pada pengetahuan yang berimbang, dengan segala informasi sepihak yang telah dimasukkan dalam pahaman mereka, kadang tidak mau tau dan buta melihat kebaikan selain kebaikan dukungannya. Saling serang sesama pendukung, selisih paham dan bahkan pertikaian fisik kadang tak terelakkan, tidak terima jika dukungannya dikatakan jelek, marah dan mengamuk, seakan yang jadi calon ini adalah sepupu mereka. Mungkin ini yang dinamakan fanatik, meski tidak dikenal oleh calon, yang penting dia mendukung. Ikut menyebar segala bentuk kampanye dukungan, berita-berita baik tentang dukungannya, dan berita negatif tentang lawan dukungannya, baik itu berupa pembusukan karakter yang sumber beritanya tidak jelas dan kebenaran berita yang tidak valid. Ini juga sangat dipengaruhi oleh media yang menjadi pelopor berita dan kadang tidak netral dalam memberikan informasi.
Tapi selain itu semua, ini menjadi sebuah momen dimana jiwa nasionalisme muncul, nasionalisme yang sedikit lebih baik dari sekedar nasionalisme karena hobi nonton bola atau bulutangkis, mungkin baik karena masyarakat tidak canggung berbicara tentang masa depan bangsa, keinginan untuk merubah nasib bangsa ke arah yang lebih baik, dengan menyandarkan harapan kepada para pemain yang mereka anggap baik dan layak. 
Calon mana yang layak untuk memimpin, tentunya semua menganggap dirinya layak.
Calon mana yang benar-benar berpihak kepada masyarakat, mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan rakyat? tentunya semua mengaku seperti itu, pengakuan yang masih perlu pengkajian lebih jauh betul tidaknya. tapi semoga saja..

1 komentar:

  1. sipppp.....menarik memang memotret fenomena sosial saat ini...mendadak komentator politik yang seolah olah sangat paham dengan yang mereka kritik....
    dan menjadi sarana bagi mereka yang berpikir untuk lebih bijak

    BalasHapus