Ciuman di Pinggir jalan


Ceritanya begini. Suatu siang, saya mengantar keluarga pergi berbelanja di jalan pengayoman makassar, sambil menunggu mereka selesai belanja, saya menepi dan parkir di pinggir jalan. Tidak lama kemudian, datang seorang perempuan dengan motor matic, berhenti disamping tempat saya parkir, kemudian dia mengeluarkan hp dan menelpon seseorang. Tidak lama lagi datang seorang laki-laki mengendarai motor matic juga. Akhirnya mereka bertemu, bercerita dan sesekali tertawa bersama, entah apa yang mereka bicarakan, saya tidak dengar pembicaraannya, padahal saya mau ikut tertawa.

Tidak lama mereka bercerita, ternyata semakin akrab, cerita sudah mulai diselingi sentuhan-sentuhan fisik, tentunya sentuhan mesra. Sentuhan demi sentuhan dari tangan berganti menjadi sentuhan bibir. Eh mereka berciuman.. yah saya foto, ini kan momen langkah, hanya di luar negeri yang umum seperti ini, atau di tempat yang banyak turisnya, dan di film-film atau tv tentunya.

Sepertinya mereka nikmati proses itu, yah atas nama cinta mungkin, berciuman di pinggir jalan, seolah jalan milik berdua, saya yang mereka tidak lihat disampinnya hanya ngontrak. Saya mau beranggapan positif saja, anggaplah mereka suami istri yang sah, bercumbu dan berciuman di pinggir jalan yang ramai dilalui orang. Penasaran adegan selanjutnya, ternyata mereka berhenti, bercerita sedikit dan sama sama mengangguk, eh mereka pergi beriringan dengan motor masing-masing.

Untungnya sekarang sudah modern, privacy itu sudah tidak dibatasi lagi, hal-hal tabu menjadi layak diperbincangkan dan dipertontonkan. Coba kalau masih jaman dulu, kalau di kampung saya (dulu katanya) itu sudah masuk wilayah malu. Jangankan berciuman di tempat umum, berdua saja yang bukan pasangan sah atau keluarga, bisa ditangkap dan dinikahkan paksa. Tapikan sekarang katanya sudah modern, perempuan hamil diluar nikah sudah seperti insiden biasa. Malu-malu jika masih menjalankan pesan-pesan orang dulu untuk menjaga malu, Jadul katanya.

Daripada jadul, mending gaul, masalah norma, aturan dan malu urusan belakang, yang penting label modern melekat, dan tidak dikatakan kampungan. Padahal yang identik dengan kampung itukan biasanya banyak hewan ternaknya, atau hewan-hewan liar yang jarang ditemui di kota. Artinya yang bertindak seperti ternaklah yang harus dikatakan kampungan, ternakkan tidak pusing, ayam misalnya, biar banyak orang dia tetap kejar betinanya dan melakukan proses reproduksi, tidak perlu mencari tempat privacy, atau sapi misalnya, susunya kelihatan ya tetap Pd. Itukan yang harusnya kampungan, tapi sedikit mirip dengan orang modern.

0 komentar:

Posting Komentar