Ini bukan cerita sinetron
dimana pemeran utamanya selalu menang diakhir episode. Ini bukan cerita tentang
pangeran berkuda yang menjemput sang putri, juga bukan cerita tentang cinta dan
rangga yang ramai dengan pecahan gelas. Ini bukan kisah yang banyak rintangan
tetapi akan berakhir indah dan menyatu. Ini realitas yang kadang susah untuk
ditepis.
Kisah Risna ramai di media sosial,
menjadi menarik bagi saya karena ternyata kami sekampung. Sebenarnya bukan
hanya Risna perempuan yang tegar datang di pernikahan pacarnya, banyak
perempuan lain yang pernah seperti itu. Secara langsung pun saya pernah
menyaksikan, perempuan dengan tegar datang memberikan ucapan selamat kepada
mantan pacarnya yang menikah sekaligus menyumbangkan sebuah lagu, meskipun air
mata tetap saja tak tertahankan dan menetes, saya pikir itu wajar saat rasa
sedih mengisi hati. Kisah Risna juga masih kalah dengan kisah teman saya yang
14 tahun pacaran tapi putus, atau kisah teman lainnya yang dua kali ditinggal
kawin oleh pacarnya. Cuma kisah mereka ini tidak terpublish di media sosial.
Jika teman teman biasa
mengatakan jodoh itu di tangan pak imam, karena dia yang menikahkan dalam
sebuah ikrar janji suci, ternyata salah. Selain imam, jodoh itu juga ada di
tangan keluarga, ayah, ibu, kakak, om, tante, kakek, nenek sepupu,dkk. Jika mereka
tidak setuju maka jodoh itu akan batal.
Dalam konteks masyarakat Bugis-makassar,
pernikahan biasanya menjadi hal yang sangat sakral dan mahal. Tidak cukup
dengan modal cinta, tetapi harus memiliki kemampuan lebih, dari segi finasial
dan emosional, karena pernikahan bukan hanya menyatukan dua hati, tetapi
menyatukan dua keluarga. Saat seorang laki laki hendak melamar, pihak keluarga
laki laki harus mengetahui terlebih dahulu latar belakang perempuan yang akan
dilamar, begitu juga dengan pihak perempuan, jika ada yang melamar, pihak
keluarga harus mengetahui terlebih dahulu latar belakang keluarga laki laki
yang melamar tersebut. Jika latar belakang keluarga masing masing sesuai yang
diharapkan maka pernikahan akan berlanjut, tetapi jika tidak, maka kisah cinta
akan menjadi cerita manis yang hanya untuk dikenang. Pihak laki laki biasanya
akan dibebankan beberapa tanggung jawab, seperti uang panai atau uang belanja
yang merupakan bantuan finansial pihak laki laki dalam penyelenggaraan pesta
pihak perempuan. Selain itu, pihak laki laki harus membawa beberapa hal yang
telah menjadi kesepakatan kedua belah pihak, biasanya tergantung adat istiadat,
sompa atau mahar misalnya yang kadang dalam bentuk luasan tanah, emas, atau
uang tunai. Dan beberapa kelengkapan lain. Itu sebabnya sehingga ada pesan
leluhur bagi laki laki hendaknya mengelilingi dapur terlebih dahulu sebanyak
tujuh kali sebelum menikah, karena tanggung jawab dan proses pernikahan itu
kebanyakan ditanggung oleh pihak laki laki sebagai bentuk keseriusan
mempersunting gadis pilihan.
Prosesi pernikahan juga
tidak begitu mudah dan terdapat beberapa ritual. Sebelum menikah biasanya
dilakukan prosesi mappaccing yang merupakan proses memberi restu dari pihak
keluarga dan penyucian bagi calon mempelai. Saat ijab Kabul, mempelai perempuan
berada di dalam kamar menunggu dengan tenang, dan akan tersenyum bahagia jika
sudah terdengar kata “sah. Setelah itu dilakukan proses mappasikarawa yang merupakan
sentuhan pertama laki laki kepada istrinya, biasanya akan dituntun oleh orang
yang dituakan dari pihak laki laki. Saat duduk pengantin menerima tamu undangan
ini merupakan bentuk sosialisasi kepada semua orang bahwa kedua mempelai telah
resmi menjadi suami istri, dan agar semua yang hadir mengetahui, ini suaminya
ini, ini istrinya ini. Saat malam pertama biasanya kedua suami istri yang baru
saja disahkan ini, harus menginap di rumah pihak perempuan, ini sebagai bentuk
penjagaan terhadap pihak perempuan.
Menikah, bukan hanya
seberapa lama kita pacaran, tetapi kecocokan kedua keluarga, seberapa mampu
laki laki memenuhi permintaan dari pihak perempuan, dan memenuhi syarat syarat
pernikahan.
asikkkk...
BalasHapus