Menarik Dikunjungi

Silahkan Klik untuk selengkapnya

Cerita Sunset

Silahkan klik untuk selengkapnya

Menatap Jauh

Silahkan klik untuk selengkapnya

Kita dan Mereka

Silahkan klik untuk selengkapnya

Berbagi Foto

Silahkan Klik untuk selengkapnya

Pemilu dan tukar suara

Besok kita memilih, katanya sebagai wakil kita di parlemen yang nanti akan membawa aspirasi kita, menyuarakan kebutuhan kita, yaa.. semua untuk kita, tapi sekali lagi  "katanya"..

Pemilu adalah pesta demokrasi, cukup layak memang disebut sebuah pesta, karena kemeriahan mewarnai moment ini. Akan banyak kita jumpai hiburan, pertunjukan musik yang mendatangkan artis lokal hingga artis nasional. Pesta yang cukup besar dengan keterlibatan ratusan bahkan ribuan massa. Kali ini masyarakat memang lagi berpesta, bisa dapat lembaran rupih cukup dengan ikut pawai, ugal-ugalan di jalan dan memakai seragam yang dibagikan. Masyarakat lagi dimanjakan dengan sembako, diberi hadiah dan ditukar dengan suara..

Mungkin hari ini para kandidat semakin gencar memaksimalkan strategi pemenangan, mengerahkan semua tim, membagi, memberi dan memastikan semua sesuai perencanaan. Tentu semua targetkan  menang, ingin duduk sebagai anggota dewan. Namun jika kalah? Seperti pada momen sebelumnya, banyak juga yang gila bahkan ada yg tidak sanggup menerima kenyataan, drop dan mati.

Dalam proses pemilu yang saya perhatikan selama ini, pilihan selalu disandarkan pada sebuah sistem barter atau kedekatan, bukan pada kualitas calon. Seseorang akan memilih jika yang dipilih ini adalah keluarga atau teman dekat, atau yang dipilih telah memberi sesuatu kepada pemilih, nominal sekian untuk sekian suara. Saya tidak menganggap itu salah atau itu benar, tapi katanya, kapan lagi kita bisa dapat, toh kalau sudah terpilih untung baik kalau kita diingat.
Mungkin itu juga bagian dari kemuakan masyarakat yang bosan dengan janji manis, bosan dengan segala bentuk orasi membara yang sangat ideal, visi misi yang ditulis sempurna dan menjanjikan dalam bentuk teks.

Tapi cukup ironis dengan segala proses yang seperti ini, masyarakat seperti jualan yang suaranya bisa dihargai dengan materi. Saya tidak menganggap salah orang yang memilih karena dibayar, hitung-hitung daripada tidak dapat sama sekali. Bukan juga pesimis dengan para calon, tapi betulkah mereka membawa aspirasi kita? Jika untuk terpilih mereka harus membayar, saya menganggap itu ambisi pribadi.

Cukup membingungkan, kalau kita memilih belum tentu yang dipilih akan berpihak sepenuhnya kepada masyarakat, terus jika kita golput atau tidak memilih maka kita akan dianggap warga negara yang tidak baik.

Akhh.. sudahlah..
Acc..

Pak Camat

ini cerita kemarin sore, untuk menghilangkan kejenuhan dalam perjalanan dari daerah.

Di dalam sebuah helikopter, ada pak camat, 1 orang asisten pak camat, 2 pramugari dan 1 orang pilot. Mereka berlima sedang panik, karena 10 menit lagi helikopter tersebut akan meledak. Dan parahnya lagi karena parasut yang tersedia cuma empat buah. Mereka berdiskusi untuk menentukan siapa yang paling dahulu menggunakan parasut dan menyelamatkan diri, terjun menggunakan parasut dan mengikhlaskan satu orang untuk meledak bersama heli karena parasut tidak cukup.

Pak camat: sedikit ngotot, "Mungkin saya yang harus lebih dulu melompat, karena masih banyak berkas administrasi yang harus saya tanda tangani".
baiklah.. Semua sepakat, dan pak camat terjun menyelamatkan diri..

Setelah itu dua orang pramugari dipersilahkan untuk terjun menggunakan parasut, karena mereka masih muda, dan biasanya perempuan memang selalu diutamakan.

Tinggal berdua, Pilot dan Asisten pak camat.
Asisten: "jadi siapa lagi yang akan terjun pak?"
Pilot: "menurut bapak kira-kira siapa?
Asisten: "karena pak pilot sudah tua, dan sudah banyak pengalaman, apalagi pak pilot ini sudah bisa jadi pahlawan bangsa jika gugur saat tugas, tentu akan membanggakan karir pak, jadi mungkin saya yang terjun jauh lebih baik"
Pilot: sambil menengadah, menelan air liur, menarik nafas dalam-dalam "saya juga masih ingin hidup"
Asisten: penuh harap, dengan mata berkaca-kaca "Tapi saya masih muda pak, kasian anak dan istri saya"
Pilot: "baiklah.. Silahkan ambil parasut di belakang dan selamat jalan"

asisten tergesah-gesah, segera mengambil parasut di belakang.
Asisten: "Pak, masih ada dua parasut disini"
Pilot kaget dan segera berdiri, bergeser ke belakang mengambil parasut "
Pilot: "Astaga, pak camat salah ambil, yang dia pakai tas ransel saya, bukan parasut..

[intinya: Jangan terburu-buru, tenang dan selalu dikomunikasikan dengan baik jika menghadapi masalah]