Menarik Dikunjungi

Silahkan Klik untuk selengkapnya

Cerita Sunset

Silahkan klik untuk selengkapnya

Menatap Jauh

Silahkan klik untuk selengkapnya

Kita dan Mereka

Silahkan klik untuk selengkapnya

Berbagi Foto

Silahkan Klik untuk selengkapnya

Bangun tidur, Hore: bukan lagu semua anak

Bangun tidur ku terus mandi, Tidak lupa menggosok gigi
Habis mandi ku tolong ibu, Membersihkan tempat tidur ku

Bukan maksud untuk menjelekkan atau menganggap karya orang lain tidak bagus, hanya sekedar melakukan perbandingan, dan sebelumnya saya minta maaf kepada pengarang lagu jika kurang berkenan, dan saya juga bukan pengarang lagu dan tidak tau mengarang lagu.. 
Sepertinya pak kasur yang katanya pengarang lagu tersebut di atas, dan pak AT Mahmud yang mengarang libur telah tiba dan dipopulerkan oleh tasya, mungkin membuat lagu di dalam kamar dan tidak melakukan survey terlebih dahulu terhadap semua kondisi anak yang ada di negeri ini. Atau mungkin di zaman mereka semua kondisi anak sama, entahlah.. 
Tidak semua anak bangun dari kasur empuknya saat pagi tiba, ada juga saat pagi dia masih terlelap diatas tembok keramaian karena lelah begadang mencari, menengadah dan mengulurkan tangan meminta recehan atau lembaran rupiah.. 
Tidak semua anak bangun kemudian menggosok gigi, karena tidak semua anak bisa dengan mudah membeli sikat gigi, dan mungkin mereka lupa atau tidak mau tau kalau anak yang rajin sikat gigi akan membuat giginya bersih, karena jangankan gigi, tempat tidur mereka belum tentu di tempat yang bersih..
Tidak semua anak akan membantu ibunya membersihkan tempat tidur, karena tempat tidur mereka biasanya dibersihkan oleh dinas kebersihan. Tapi biasanya mereka membantu ibunya mencari nafkah, mencari uang untuk kelangsungan hidup.. 
Tidak semua anak akan berkata horee..saat libur tiba, karena banyak diantara mereka yang tidak paham dan tidak pernah merasakan apa itu libur. Tidak semua anak bersekolah, kemudian diliburkan atau saat hari minggu tiba mereka bebas dari PR dan bisa bermain atau jalan-jalan sampai puas. Anak-anak yang lain mungkin bisa bebas bersepeda saat hari minggu seperti gambar disamping, dengan baju merah dan sepeda merah yang terlihat serasi, atau berjalan dengan ibu mereka menikmati pagi sambil jajan seperti anak yang berbaju ungu disamping.. Tapi tidak dengan anak yang berbaju hitam, kusut dan kakinya penuh debu karena mungkin tidak menggunakan alas kaki, dia masih lelah, semalam suntuk dia tidak terlelap seperti anak yang lain dengan telentang diatas kasur menunggu pagi kemudian bermain. dia masih nyaman disinari matahari pagi, matanya masih malas untuk terbuka dan melanjutkan aktifitas, mungkin dia salah satu anak yang tidak pernah merasakan libur telah tiba.
Kebahagian orang tua mungkin saat melihat anaknya terlihat cantik atau tampan dengan segala aksesorisnya, seperti anak digambar samping, dengan kacamata dan jaket kuningnya, manis dan lucu. atau anak yang dibelakang denga riang gembira, karena orang tuanya baru saja membayar sewa skuter untuk ia maini. Tapi berbeda dengan anak yang disebelah kanan, sarungnya masih melilit beberapa bagian tubuh, dia juga masih lelah mungkin, orang tuanya tidak memakaikan dia aksesoris agar terlihat manis dan lucu, atau menyewakan mainan dan menikmati hari di minggu pagi.

Di tengah keramaian, dibawah terik matahari, diatas tembok keras, dikelilingi sampah mereka masih terlelap.. kapan mereka bisa bangun tidur, lalu menggosok gigi, kemudian membantu ibu merapikan tempat tidurnya sendiri, dan dengan girang mereka menyanyi, horee libur telah tiba.. Atau kapan mereka akan digandeng oleh ibu mereka untuk jajan, bermain, dan menyewakan mereka mainan, kemudian memakaikan mereka aksesoris agar terlihat cantik, dan kapan mereka akan berhenti bekerja untuk mencari nafkah dan menikmati dunia seperti anak-anak pada umumnya? Entah..
By: Acc../sumber foto: accfoto14.blogspot.com

Dear bapak/ibu dokter

Saya baru saja membaca pesan broadcast yang bapak/ibu kirim untuk semua masyarakat Indonesia tentang aksi meliburkan diri sehari bagi semua dokter sebagai bentuk solidaritas atas musibah yang menimpa teman bapak/ibu dokter.

Kami tentunya ikut prihatin dan berharap masalah itu cepat terselesaikan. Menggelar aksi protes, turun ke jalan meyuarakan aspirasi seperti yang diberitakan kemarin hal yang wajar tentunya, kami tidak mempersoalkan itu. Tapi jika hari ini bapak/ibu dokter harus meliburkan diri dan menutup mata atas pasien yang harus mendapat pelayanan medis, pengobatan atau sentuhan tangan seorang dokter kami pikir harus dibicarakan terlebih dahulu.

Jika teman bapak/ibu dikenakan kasus kriminalisasi karena pasien yang dia tangani meninggal karena hal  yang tidak disengaja, bagaimana dengan sikap meliburkan diri bapak/ibu yang bisa mengakibatkan meninggalnya pasien karena tidak mendapatkan tindakan dokter, apakah itu tidak masuk kriminalisasi juga? Ini bukan kasus pertama atas meninggalnya pasien yang sementara ditangani dokter, sudah banyak kasus sebelumnya, tapi mungkin karena perasaan sedih dan geram keluarga pasien sehingga harus membawa dokter yang menangani ke meja pengadilan. Siapapun itu, jika keluarga atau orang yang disayangi meninggal pasti akan sedih, dan melakukan hal-hal untuk meluapkan kesedihan, seperti yang dialami teman bapak/ibu yang dilaporkan oleh keluarga pasien yang lagi sedih karena keluarganya meninggal. Pernahkah bapak/ibu mengamati, berbincang atau mendengarkan keluhan mereka yang sakit, yang membawa diri mereka, keluarga mereka ke rumah sakit dan berserah diri kepada bapak/ibu dokter sebagai seorang yang dianggap ahli untuk menyembuhkan? Pernahkah bapak/ibu mendengar keluhan seorang pasien yang sudah 3 hari terbaring di rumah sakit tapi Cuma diberi obat Antalgin dan cairan infus? Nenek saya dokter yang mengalami itu, dan 3 tahun lalu dia sudah meninggal karena penyakit yang berulang kali dia bawa ke rumah sakit untuk disembuhkan. Dokter tau tidak seberapa banyak orang harus meninggal karena tidak punya biaya? Karena untuk bertemu dokter itu harus menyiapkan lembaran rupiah yang banyak? Dokter tau tidak, setiap pasien kadang hanya di kunjungi dokter paling lama 30 menit dalam sehari, diluar sabtu dan minggu, selebihnya cuma ditangani oleh perawat bahkan biasanya  cuma mahasiswa perawat yang masih praktek? Dokter tau tidak, berapa banyak pasien yang tidak menebus semua resep obat yang dokter berikan karena uangnya tidak cukup? Dokter tau tidak betapa banyak pasien yang sebenarnya juga butuh diapresiasikan aspirasinya untuk mendapatkan pelayanan maksimal?

Bapak/ibu dokter yang kami sayangi dan selalu harapkan jasanya, tau tidak betapa banyak pasien yang mempercayakan sepenuhnya hidup mereka kepada bapak/ibu, yang tidak pernah protes diberi obat apapun itu, yang tidak pernah protes kenapa mereka disuruh minum obat 3x1 bukan 7x1 agar cepat sembuh, yang selalu mengharapkan bapak/ibu ada dan memberi mereka sedikit semangat dan harapan untuk tetap sehat.
Bapak/ibu dokter, jika harus menyuarakan aspirasi dan menuntut keadilan untuk teman bapak/ibu kami sangat mendukung, tapi jangan korbankan pasien bapak/ibu, mereka tidak punya hubungan dengan kasus yang menimpah teman bapak/ibu..

Sekian dan semoga bisa menjadi bahan refleksi..terima kasih.

acc

Smartphone menyebabkan kemandulan bagi mahasiswa

Mungkin kita masih ingat beberapa tahun silam pernah marak issu tentang radiasi yang dikeluarkan oleh Handphone bisa membuat orang menjadi mandul, karena alasan itu sehingga banyak orang berbondong-bondong membeli tempat Hp yang dijepitkan di pinggang, selain antisipasi mandul karena radiasi, juga menjadi style tersendiri kala itu. Pancaran gelombang elektromagnetik dari ponsel memiliki frekuensi antara 450 – 1800 MHz, termasuk dalam daerah gelombang mikro, secara kuantitas relatif masih kecil karena hanya berkisar sepersejuta elektron volt. Namun kalau jarak sumber radiasi dengan materi cukup dekat, maka dampak radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh ponsel tidak boleh diabaikan begitu saja. Alasannya adalah karena intensitas radiasi elektromagnetik yang diterima oleh materi akan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak, artinya makin dekat dengan sumber radiasi, maka makin besar radiasi yang diterima. Persoalan akan lebih menarik lagi, kalau waktu kontak atau waktu berbicara melalui ponsel diperhitungkan, maka akumulasi dampak radiasi akibat pemakaian ponsel semakin besar. Gelombang elektromagnetik ini dapat menyebabkan pemanasan pada jaringan tubuh. Jaringan tubuh dipanaskan oleh rotasi dari molekul polar yang disebabkan oleh medan elektromagnetik. Berbagai penelitian mengungkapkan beberapa penyakit dapat ditimbulkan oleh radiasi ini seperti katarak, mandul, gangguan fungsi otak, hingga tumor. Radiasi yang dikeluarkan oleh ponsel ini mirip dengan radiasi yang dikeluarkan oleh computer ataupun laptop.

Jika dulu penggunaan Hp hanya sebatas sms dan telepon bisa menyebabkan berbagai penyakit, bagaimana dengan sekarang yang kadang orang tidur dengan Hp-nya. Apalagi sejak maraknya Smartphone dan kemajuan teknologi yang berkembang luar biasa, memberi dampak yang sangat signifikan. Jika dulu hanya sebatas kajian tentang apa dan bagaimana itu globalisasi, maka sekarang kita telah berada pada era itu, dimana terjadi perapatan ruang dan waktu. Kita dapat mengakses bebas informasi, berkomunikasi dengan orang lain tanpa harus dibatasi ruang dan waktu. Atau seperti penjelasan di atas misalnya, kita dapat membaca dan mengetahui informasi  tentang efek radiasi yang dikeluarkan oleh media yang kita gunakan sekarang ini, menggunakan media (hp, laptop, computer) yang mengeluarkan efek radiasi untuk mengetahui efek radiasi itu sendiri.

Perkembangan teknologi ini direspon antusias tentunya, apalagi bagi kalangan mahasiswa. Sudah sangat jarang mahasiswa yang menggunakan Hp yang hanya difasilitasi Sms dan telepon, jika mereka tidak mampu memiliki smartphone dengan berbagai fasilitas, paling tidak mereka akan memiliki Hp dengan fasilitas senter. Berbagai alasan para mahasiswa memiliki smartphone, mulai dari alasan agar tidak ketinggalan informasi, memudahkan cari data kuliah, agar selalu eksist di media sosial, hingga sekedar mengikuti trend. Jika penggunaan smartphone di kalangan mahasiswa sangat intens dan tidak tepat guna, maka efek mandul tidak akan terelakkan. Efek radiasi yang menyebabkan kemandulan mungkin bisa ditangkal dengan penemuan teknologi baru nantinya, tapi bagaimana jika efek yang ditimbulkan adalah kemandulan secara sosial?

Sadar atau tidak, kecanggihan smartphone akan mengarahkan penggunanya untuk individualis. Mereka akan sibuk dengan komunikasi dunia maya, tapi bisa jadi akan melupakan dunia nyata dan sekitarnya. Mahasiswa sebagai kontrol sosial atau pembawa perubahan, katanya, akan sangat tragis jika terjerumus ke dalam dunia individualis seperti ini. Dulu banyak mahasiswa yang antusias bergabung di sebuah organisasi atau komunitas kampus, karena bisa menambah teman, sebagai tempat belajar dan sebagai sumber informasi, tapi sekarang tidak lagi, sebagian lebih merasa nyaman dengan duduk sendiri dan mengutak atik internet di tangan dan mendapatkan informasi yang diinginkan. Ditambah lagi dengan media sosial yang semakin banyak, mulai dari facebook yang berhasil menggusur friendster, tweeter yang sedang di atas angin, path, Line, wechat, kakao talk, BBM, google +, dan masih banyak lagi, membuat komunikasi maya meningkat dan komunikasi secara langsung menurun, dan di media sosial orang pun lebih mudah menemukan teman baru. Diskusi pelataran tentang perubahan, tentang mereka yang tertindas, tentang revolusi misalnya, disingkirkan oleh status cengeng atau status untuk sekedar eksist.. dan kebanyakan orang lebih senang curhat di beranda atau Timeline dibandingkan curhat langsung dengan tetangga bangkunya, atau lebih senang chat dengan orang yang jauh dibandingkan bercerita langsung dengan orang di sekitarnya. Padahal komunikasi lewat pesan atau chat tidak memiliki ekspresi sehingga bisa menyebabkan terjadinya perbedaan makna. Ini juga sering terlihat saat menghadiri acara bazar, kebanyakan kita akan menemui teman-teman sibuk di depan laptop dengan akun media sosial masing-masing. Dan yang paling menarik, biasanya mereka sibuk saling komentar di media sosial padahal sedang duduk sebangku dan online bersama. Saya pernah bayangkan jika seorang aktivis kampus tidak mau kalah eksist di media sosial, mungkin statusnya “huff…lagi demo, nih”.. “lagi kajian with @anu @ini”.. “besok kajian apalagi yahh”..dll..

Jika organisasi kampus tidak cerdas mencari pola baru, maka lama kelamaan akan punah seiring dengan menurunnya minat mahasiswa untuk berorganisasi karena merasa nyaman dengan media sosial yang bisa memberi layanan akses informasi secara bebas. Perkembangan teknologi bukan hal yang salah, tapi penggunaan teknologi yang harus tepat dan bermanfaat.
Sumber: -  Wikipedia    - diskusi

By: acc