Menarik Dikunjungi

Silahkan Klik untuk selengkapnya

Cerita Sunset

Silahkan klik untuk selengkapnya

Menatap Jauh

Silahkan klik untuk selengkapnya

Kita dan Mereka

Silahkan klik untuk selengkapnya

Berbagi Foto

Silahkan Klik untuk selengkapnya

Menikah bukan hanya karena Cinta

Ini bukan cerita sinetron dimana pemeran utamanya selalu menang diakhir episode. Ini bukan cerita tentang pangeran berkuda yang menjemput sang putri, juga bukan cerita tentang cinta dan rangga yang ramai dengan pecahan gelas. Ini bukan kisah yang banyak rintangan tetapi akan berakhir indah dan menyatu. Ini realitas yang kadang susah untuk ditepis.

Kisah Risna ramai di media sosial, menjadi menarik bagi saya karena ternyata kami sekampung. Sebenarnya bukan hanya Risna perempuan yang tegar datang di pernikahan pacarnya, banyak perempuan lain yang pernah seperti itu. Secara langsung pun saya pernah menyaksikan, perempuan dengan tegar datang memberikan ucapan selamat kepada mantan pacarnya yang menikah sekaligus menyumbangkan sebuah lagu, meskipun air mata tetap saja tak tertahankan dan menetes, saya pikir itu wajar saat rasa sedih mengisi hati. Kisah Risna juga masih kalah dengan kisah teman saya yang 14 tahun pacaran tapi putus, atau kisah teman lainnya yang dua kali ditinggal kawin oleh pacarnya. Cuma kisah mereka ini tidak terpublish di media sosial.

Jika teman teman biasa mengatakan jodoh itu di tangan pak imam, karena dia yang menikahkan dalam sebuah ikrar janji suci, ternyata salah. Selain imam, jodoh itu juga ada di tangan keluarga, ayah, ibu, kakak, om, tante, kakek, nenek sepupu,dkk. Jika mereka tidak setuju maka jodoh itu akan batal.

Dalam konteks masyarakat Bugis-makassar, pernikahan biasanya menjadi hal yang sangat sakral dan mahal. Tidak cukup dengan modal cinta, tetapi harus memiliki kemampuan lebih, dari segi finasial dan emosional, karena pernikahan bukan hanya menyatukan dua hati, tetapi menyatukan dua keluarga. Saat seorang laki laki hendak melamar, pihak keluarga laki laki harus mengetahui terlebih dahulu latar belakang perempuan yang akan dilamar, begitu juga dengan pihak perempuan, jika ada yang melamar, pihak keluarga harus mengetahui terlebih dahulu latar belakang keluarga laki laki yang melamar tersebut. Jika latar belakang keluarga masing masing sesuai yang diharapkan maka pernikahan akan berlanjut, tetapi jika tidak, maka kisah cinta akan menjadi cerita manis yang hanya untuk dikenang. Pihak laki laki biasanya akan dibebankan beberapa tanggung jawab, seperti uang panai atau uang belanja yang merupakan bantuan finansial pihak laki laki dalam penyelenggaraan pesta pihak perempuan. Selain itu, pihak laki laki harus membawa beberapa hal yang telah menjadi kesepakatan kedua belah pihak, biasanya tergantung adat istiadat, sompa atau mahar misalnya yang kadang dalam bentuk luasan tanah, emas, atau uang tunai. Dan beberapa kelengkapan lain. Itu sebabnya sehingga ada pesan leluhur bagi laki laki hendaknya mengelilingi dapur terlebih dahulu sebanyak tujuh kali sebelum menikah, karena tanggung jawab dan proses pernikahan itu kebanyakan ditanggung oleh pihak laki laki sebagai bentuk keseriusan mempersunting gadis pilihan.

Prosesi pernikahan juga tidak begitu mudah dan terdapat beberapa ritual. Sebelum menikah biasanya dilakukan prosesi mappaccing yang merupakan proses memberi restu dari pihak keluarga dan penyucian bagi calon mempelai. Saat ijab Kabul, mempelai perempuan berada di dalam kamar menunggu dengan tenang, dan akan tersenyum bahagia jika sudah terdengar kata “sah. Setelah itu dilakukan proses mappasikarawa yang merupakan sentuhan pertama laki laki kepada istrinya, biasanya akan dituntun oleh orang yang dituakan dari pihak laki laki. Saat duduk pengantin menerima tamu undangan ini merupakan bentuk sosialisasi kepada semua orang bahwa kedua mempelai telah resmi menjadi suami istri, dan agar semua yang hadir mengetahui, ini suaminya ini, ini istrinya ini. Saat malam pertama biasanya kedua suami istri yang baru saja disahkan ini, harus menginap di rumah pihak perempuan, ini sebagai bentuk penjagaan terhadap pihak perempuan.

Menikah, bukan hanya seberapa lama kita pacaran, tetapi kecocokan kedua keluarga, seberapa mampu laki laki memenuhi permintaan dari pihak perempuan, dan memenuhi syarat syarat pernikahan.