maaf untuk mu

minta maaf yg sebesarnya, jika dalam proses ini ada kesalah pahaman.
hanya kata itu yang mampu saya ucapkan, disaat kamu marah dan mengatakan saya penghianat karena tidak mengikuti pilihanmu. mungkin memang saya salah karena mencoba untuk lari dan menentukan pilihan sendiri, tapi ketahuilah bahwa dulu kamu yang sering bekata kemerdekaan kepadaku. kamu sendiri yang sering berkata jangan di ikuti jika tak sesuai dengan hati nurani.
makanya saya mencoba mengaplikasikan teori itu. dan maaf lagi untuk mu yang saya hormati, saya akui kamu memang hebat dan cerdas, tapi sopan santun harus tetap dijaga dalam dialektika kita.
pilihan ini bukanlah pilihan seumur hidup, ini hanyalah sebuah rutinitas tahunan yang akan terus bergulir, entah tahun kedepan kita akan satu pilihan yang sama atau kembali berbeda, tergantung kita lihat bagaimana prosesnya nanti.
yang jelas kemerdekaan itu harus tetap kita junjung.
tidak ada paksaan dan intimidasi apapun, itu yang kamu ajarkan, dan itu pula yang saya ajarkan kepada adik-adik di bawahku.


jangan pernah berfikir saya akan melupakan mu, saya akan tetap menganggapmu sebagai orang yang sangat berjasa dalam hidupku, begitu pun sebaliknya dengan mu, jangan pernah melupakan apalagi memutus tali persaudaraan hanya karena satu proses ini, proses yang cukup kotor dengan tujuan ambisi kekuasaan. acc

0 komentar:

Posting Komentar