Menarik Dikunjungi

Silahkan Klik untuk selengkapnya

Cerita Sunset

Silahkan klik untuk selengkapnya

Menatap Jauh

Silahkan klik untuk selengkapnya

Kita dan Mereka

Silahkan klik untuk selengkapnya

Berbagi Foto

Silahkan Klik untuk selengkapnya

Lirik lagu ana' kukang

Kukanga tunipela, tunibuang ri tamparang
kunianyukang ri je'ne, narappung tau maraeng
caddi-caddi duduinja, nanapelakka anrongku
mantang mama kale-kale, tu'guru je'ne matangku
aule..sare-sarena i kukang sayang
sare tea takkucini'
empo tena mate'nena

aule..sare-sarena i kukang sayang
sare tea takkucini'
empo tena mate'nena

Kukanga tunipela, tunibuang ri tamparang
kunianyukang ri je'ne, narappung tau maraeng
aule..sare-sarena i kukang sayang
sare tea takkucini'
empo tena mate'nena
......


Lagu ini bercerita tentang seorang anak yang dibuang oleh ibunya.
ana' kukang adalah bahasa makassar, yang berarti anak sebatang kara (yatim piatu)

Ana' kukang (anak yatim piatu) yang dibuang dilautan.
dipungut orang lain..
tinggallah sendiri, meratapi nasib dalam linangan air mata.

saya ingin mencoba menerjamahkan lirik lagu ini kedalam bahasa Indonesia,
tapi lumayan susah karena akan menggeser makna dari lagu.

Menikah bukan hanya karena Cinta

Ini bukan cerita sinetron dimana pemeran utamanya selalu menang diakhir episode. Ini bukan cerita tentang pangeran berkuda yang menjemput sang putri, juga bukan cerita tentang cinta dan rangga yang ramai dengan pecahan gelas. Ini bukan kisah yang banyak rintangan tetapi akan berakhir indah dan menyatu. Ini realitas yang kadang susah untuk ditepis.

Kisah Risna ramai di media sosial, menjadi menarik bagi saya karena ternyata kami sekampung. Sebenarnya bukan hanya Risna perempuan yang tegar datang di pernikahan pacarnya, banyak perempuan lain yang pernah seperti itu. Secara langsung pun saya pernah menyaksikan, perempuan dengan tegar datang memberikan ucapan selamat kepada mantan pacarnya yang menikah sekaligus menyumbangkan sebuah lagu, meskipun air mata tetap saja tak tertahankan dan menetes, saya pikir itu wajar saat rasa sedih mengisi hati. Kisah Risna juga masih kalah dengan kisah teman saya yang 14 tahun pacaran tapi putus, atau kisah teman lainnya yang dua kali ditinggal kawin oleh pacarnya. Cuma kisah mereka ini tidak terpublish di media sosial.

Jika teman teman biasa mengatakan jodoh itu di tangan pak imam, karena dia yang menikahkan dalam sebuah ikrar janji suci, ternyata salah. Selain imam, jodoh itu juga ada di tangan keluarga, ayah, ibu, kakak, om, tante, kakek, nenek sepupu,dkk. Jika mereka tidak setuju maka jodoh itu akan batal.

Dalam konteks masyarakat Bugis-makassar, pernikahan biasanya menjadi hal yang sangat sakral dan mahal. Tidak cukup dengan modal cinta, tetapi harus memiliki kemampuan lebih, dari segi finasial dan emosional, karena pernikahan bukan hanya menyatukan dua hati, tetapi menyatukan dua keluarga. Saat seorang laki laki hendak melamar, pihak keluarga laki laki harus mengetahui terlebih dahulu latar belakang perempuan yang akan dilamar, begitu juga dengan pihak perempuan, jika ada yang melamar, pihak keluarga harus mengetahui terlebih dahulu latar belakang keluarga laki laki yang melamar tersebut. Jika latar belakang keluarga masing masing sesuai yang diharapkan maka pernikahan akan berlanjut, tetapi jika tidak, maka kisah cinta akan menjadi cerita manis yang hanya untuk dikenang. Pihak laki laki biasanya akan dibebankan beberapa tanggung jawab, seperti uang panai atau uang belanja yang merupakan bantuan finansial pihak laki laki dalam penyelenggaraan pesta pihak perempuan. Selain itu, pihak laki laki harus membawa beberapa hal yang telah menjadi kesepakatan kedua belah pihak, biasanya tergantung adat istiadat, sompa atau mahar misalnya yang kadang dalam bentuk luasan tanah, emas, atau uang tunai. Dan beberapa kelengkapan lain. Itu sebabnya sehingga ada pesan leluhur bagi laki laki hendaknya mengelilingi dapur terlebih dahulu sebanyak tujuh kali sebelum menikah, karena tanggung jawab dan proses pernikahan itu kebanyakan ditanggung oleh pihak laki laki sebagai bentuk keseriusan mempersunting gadis pilihan.

Prosesi pernikahan juga tidak begitu mudah dan terdapat beberapa ritual. Sebelum menikah biasanya dilakukan prosesi mappaccing yang merupakan proses memberi restu dari pihak keluarga dan penyucian bagi calon mempelai. Saat ijab Kabul, mempelai perempuan berada di dalam kamar menunggu dengan tenang, dan akan tersenyum bahagia jika sudah terdengar kata “sah. Setelah itu dilakukan proses mappasikarawa yang merupakan sentuhan pertama laki laki kepada istrinya, biasanya akan dituntun oleh orang yang dituakan dari pihak laki laki. Saat duduk pengantin menerima tamu undangan ini merupakan bentuk sosialisasi kepada semua orang bahwa kedua mempelai telah resmi menjadi suami istri, dan agar semua yang hadir mengetahui, ini suaminya ini, ini istrinya ini. Saat malam pertama biasanya kedua suami istri yang baru saja disahkan ini, harus menginap di rumah pihak perempuan, ini sebagai bentuk penjagaan terhadap pihak perempuan.

Menikah, bukan hanya seberapa lama kita pacaran, tetapi kecocokan kedua keluarga, seberapa mampu laki laki memenuhi permintaan dari pihak perempuan, dan memenuhi syarat syarat pernikahan.

Ciuman di Pinggir jalan


Ceritanya begini. Suatu siang, saya mengantar keluarga pergi berbelanja di jalan pengayoman makassar, sambil menunggu mereka selesai belanja, saya menepi dan parkir di pinggir jalan. Tidak lama kemudian, datang seorang perempuan dengan motor matic, berhenti disamping tempat saya parkir, kemudian dia mengeluarkan hp dan menelpon seseorang. Tidak lama lagi datang seorang laki-laki mengendarai motor matic juga. Akhirnya mereka bertemu, bercerita dan sesekali tertawa bersama, entah apa yang mereka bicarakan, saya tidak dengar pembicaraannya, padahal saya mau ikut tertawa.

Tidak lama mereka bercerita, ternyata semakin akrab, cerita sudah mulai diselingi sentuhan-sentuhan fisik, tentunya sentuhan mesra. Sentuhan demi sentuhan dari tangan berganti menjadi sentuhan bibir. Eh mereka berciuman.. yah saya foto, ini kan momen langkah, hanya di luar negeri yang umum seperti ini, atau di tempat yang banyak turisnya, dan di film-film atau tv tentunya.

Sepertinya mereka nikmati proses itu, yah atas nama cinta mungkin, berciuman di pinggir jalan, seolah jalan milik berdua, saya yang mereka tidak lihat disampinnya hanya ngontrak. Saya mau beranggapan positif saja, anggaplah mereka suami istri yang sah, bercumbu dan berciuman di pinggir jalan yang ramai dilalui orang. Penasaran adegan selanjutnya, ternyata mereka berhenti, bercerita sedikit dan sama sama mengangguk, eh mereka pergi beriringan dengan motor masing-masing.

Untungnya sekarang sudah modern, privacy itu sudah tidak dibatasi lagi, hal-hal tabu menjadi layak diperbincangkan dan dipertontonkan. Coba kalau masih jaman dulu, kalau di kampung saya (dulu katanya) itu sudah masuk wilayah malu. Jangankan berciuman di tempat umum, berdua saja yang bukan pasangan sah atau keluarga, bisa ditangkap dan dinikahkan paksa. Tapikan sekarang katanya sudah modern, perempuan hamil diluar nikah sudah seperti insiden biasa. Malu-malu jika masih menjalankan pesan-pesan orang dulu untuk menjaga malu, Jadul katanya.

Daripada jadul, mending gaul, masalah norma, aturan dan malu urusan belakang, yang penting label modern melekat, dan tidak dikatakan kampungan. Padahal yang identik dengan kampung itukan biasanya banyak hewan ternaknya, atau hewan-hewan liar yang jarang ditemui di kota. Artinya yang bertindak seperti ternaklah yang harus dikatakan kampungan, ternakkan tidak pusing, ayam misalnya, biar banyak orang dia tetap kejar betinanya dan melakukan proses reproduksi, tidak perlu mencari tempat privacy, atau sapi misalnya, susunya kelihatan ya tetap Pd. Itukan yang harusnya kampungan, tapi sedikit mirip dengan orang modern.

Nasionalisme Karena Capres

Seketika banyak orang beralih menjadi pengamat politik, berbicara tentang peta politik bangsa, membedah karakter dan perilaku para figur yang bermain dalam arena politik pemenangan calon presiden. Nasionalisme kembali dikobarkan, setelah kemarin pertarungan keluarga, teman dan ego daerah telah padam. Semua berbicara tentang kebaikan bangsa dan kesejahteraan rakyat yang telah dirancang dalam bentuk visi misi dengan susunan kata kata yang tentunya harus meyakinkan. 
Semangat ini, semangat untuk menjadi pemimpin bangsa, kadang susah dibedakan antara semangat atau ego kepentingan. kepentingan pribadi, kelompok, partai dan juga pihak asing, mungkin. Semangat Ini pula yang merambah dan mendominasi perilaku para pendukung. Semangat yang kadang tidak berlandaskan pada pengetahuan yang berimbang, dengan segala informasi sepihak yang telah dimasukkan dalam pahaman mereka, kadang tidak mau tau dan buta melihat kebaikan selain kebaikan dukungannya. Saling serang sesama pendukung, selisih paham dan bahkan pertikaian fisik kadang tak terelakkan, tidak terima jika dukungannya dikatakan jelek, marah dan mengamuk, seakan yang jadi calon ini adalah sepupu mereka. Mungkin ini yang dinamakan fanatik, meski tidak dikenal oleh calon, yang penting dia mendukung. Ikut menyebar segala bentuk kampanye dukungan, berita-berita baik tentang dukungannya, dan berita negatif tentang lawan dukungannya, baik itu berupa pembusukan karakter yang sumber beritanya tidak jelas dan kebenaran berita yang tidak valid. Ini juga sangat dipengaruhi oleh media yang menjadi pelopor berita dan kadang tidak netral dalam memberikan informasi.
Tapi selain itu semua, ini menjadi sebuah momen dimana jiwa nasionalisme muncul, nasionalisme yang sedikit lebih baik dari sekedar nasionalisme karena hobi nonton bola atau bulutangkis, mungkin baik karena masyarakat tidak canggung berbicara tentang masa depan bangsa, keinginan untuk merubah nasib bangsa ke arah yang lebih baik, dengan menyandarkan harapan kepada para pemain yang mereka anggap baik dan layak. 
Calon mana yang layak untuk memimpin, tentunya semua menganggap dirinya layak.
Calon mana yang benar-benar berpihak kepada masyarakat, mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan rakyat? tentunya semua mengaku seperti itu, pengakuan yang masih perlu pengkajian lebih jauh betul tidaknya. tapi semoga saja..

Pemilu dan tukar suara

Besok kita memilih, katanya sebagai wakil kita di parlemen yang nanti akan membawa aspirasi kita, menyuarakan kebutuhan kita, yaa.. semua untuk kita, tapi sekali lagi  "katanya"..

Pemilu adalah pesta demokrasi, cukup layak memang disebut sebuah pesta, karena kemeriahan mewarnai moment ini. Akan banyak kita jumpai hiburan, pertunjukan musik yang mendatangkan artis lokal hingga artis nasional. Pesta yang cukup besar dengan keterlibatan ratusan bahkan ribuan massa. Kali ini masyarakat memang lagi berpesta, bisa dapat lembaran rupih cukup dengan ikut pawai, ugal-ugalan di jalan dan memakai seragam yang dibagikan. Masyarakat lagi dimanjakan dengan sembako, diberi hadiah dan ditukar dengan suara..

Mungkin hari ini para kandidat semakin gencar memaksimalkan strategi pemenangan, mengerahkan semua tim, membagi, memberi dan memastikan semua sesuai perencanaan. Tentu semua targetkan  menang, ingin duduk sebagai anggota dewan. Namun jika kalah? Seperti pada momen sebelumnya, banyak juga yang gila bahkan ada yg tidak sanggup menerima kenyataan, drop dan mati.

Dalam proses pemilu yang saya perhatikan selama ini, pilihan selalu disandarkan pada sebuah sistem barter atau kedekatan, bukan pada kualitas calon. Seseorang akan memilih jika yang dipilih ini adalah keluarga atau teman dekat, atau yang dipilih telah memberi sesuatu kepada pemilih, nominal sekian untuk sekian suara. Saya tidak menganggap itu salah atau itu benar, tapi katanya, kapan lagi kita bisa dapat, toh kalau sudah terpilih untung baik kalau kita diingat.
Mungkin itu juga bagian dari kemuakan masyarakat yang bosan dengan janji manis, bosan dengan segala bentuk orasi membara yang sangat ideal, visi misi yang ditulis sempurna dan menjanjikan dalam bentuk teks.

Tapi cukup ironis dengan segala proses yang seperti ini, masyarakat seperti jualan yang suaranya bisa dihargai dengan materi. Saya tidak menganggap salah orang yang memilih karena dibayar, hitung-hitung daripada tidak dapat sama sekali. Bukan juga pesimis dengan para calon, tapi betulkah mereka membawa aspirasi kita? Jika untuk terpilih mereka harus membayar, saya menganggap itu ambisi pribadi.

Cukup membingungkan, kalau kita memilih belum tentu yang dipilih akan berpihak sepenuhnya kepada masyarakat, terus jika kita golput atau tidak memilih maka kita akan dianggap warga negara yang tidak baik.

Akhh.. sudahlah..
Acc..

Pak Camat

ini cerita kemarin sore, untuk menghilangkan kejenuhan dalam perjalanan dari daerah.

Di dalam sebuah helikopter, ada pak camat, 1 orang asisten pak camat, 2 pramugari dan 1 orang pilot. Mereka berlima sedang panik, karena 10 menit lagi helikopter tersebut akan meledak. Dan parahnya lagi karena parasut yang tersedia cuma empat buah. Mereka berdiskusi untuk menentukan siapa yang paling dahulu menggunakan parasut dan menyelamatkan diri, terjun menggunakan parasut dan mengikhlaskan satu orang untuk meledak bersama heli karena parasut tidak cukup.

Pak camat: sedikit ngotot, "Mungkin saya yang harus lebih dulu melompat, karena masih banyak berkas administrasi yang harus saya tanda tangani".
baiklah.. Semua sepakat, dan pak camat terjun menyelamatkan diri..

Setelah itu dua orang pramugari dipersilahkan untuk terjun menggunakan parasut, karena mereka masih muda, dan biasanya perempuan memang selalu diutamakan.

Tinggal berdua, Pilot dan Asisten pak camat.
Asisten: "jadi siapa lagi yang akan terjun pak?"
Pilot: "menurut bapak kira-kira siapa?
Asisten: "karena pak pilot sudah tua, dan sudah banyak pengalaman, apalagi pak pilot ini sudah bisa jadi pahlawan bangsa jika gugur saat tugas, tentu akan membanggakan karir pak, jadi mungkin saya yang terjun jauh lebih baik"
Pilot: sambil menengadah, menelan air liur, menarik nafas dalam-dalam "saya juga masih ingin hidup"
Asisten: penuh harap, dengan mata berkaca-kaca "Tapi saya masih muda pak, kasian anak dan istri saya"
Pilot: "baiklah.. Silahkan ambil parasut di belakang dan selamat jalan"

asisten tergesah-gesah, segera mengambil parasut di belakang.
Asisten: "Pak, masih ada dua parasut disini"
Pilot kaget dan segera berdiri, bergeser ke belakang mengambil parasut "
Pilot: "Astaga, pak camat salah ambil, yang dia pakai tas ransel saya, bukan parasut..

[intinya: Jangan terburu-buru, tenang dan selalu dikomunikasikan dengan baik jika menghadapi masalah]

Lahir, Hidup dan Mati karena Cinta

“Apa” kadang menjadi kosakata yang sulit untuk dijelaskan jika disandingkan dengan kata Cinta.
Memang lebih menarik dan kebanyakan lebih senang mengaplikasikan Cinta dibanding membahasnya. Tetapi katanya, kekuatan cinta mampu membuat orang gagap menjadi pujangga yang mampu mengurai kata menjadi syair yang indah. Karena cinta, yang pahit kadang menjadi hambar, dan setiap malam seperti purnama yang bertabur bintang. Cinta hidup disetiap hati manusia, bermain dengan rasa dan asa. Pak tua pernah berkata kepada saya melalui sebuah novel, cinta itu bukan kata-kata, cinta itu tindakan, perilaku yang kadang buta dan tidak mengenal siapa dan kenapa. Cinta itu kelembutan, kasih sayang dan pengorbanan. Ada pula yang menganggap cinta itu perasaan suka, senang dan simpatik. Kak ocha bilang, cinta yang datang dari mata kemudian turun ke hati adalah cinta yang masuk lewat jendela, karena mata adalah jendela hati. Yang sakit hati kadang menganggap cinta itu air mata. Cinta itu penderitaan, cinta itu amarah, cinta itu senyuman, cinta itu manis, cinta itu indah, cinta itu kebahagiaan, cinta adalah …

Diantara sekian banyak penjelasan tentang cinta, belum ada yang menganggap cinta sebagai sebuah zat yang memiliki massa, cinta bukan sebuah materi yang memiliki wujud secara langsung, tetapi hanya efek dari cinta yang mampu ditangkap oleh indera. Sehingga untuk sementara ini saya menganggap cinta itu abstrak, mutlak dan tak terkendali. Cinta tidak memiliki wujud materi yang akan habis.

Jika cinta itu abstrak, mutlak dan tidak memiliki wujud materi, berarti cinta tidak akan pernah habis pada diri manusia, cinta selalu ada mengisi relung-relung hati yang dalam. Dan jika cinta itu tidak akan habis, berarti berapa pun banyaknya objek yang dicintai tidak akan mempengaruhi kadar atau kualitas cinta seseorang. Cinta tidak akan berkurang dan tidak akan habis dibagi berapa pun itu. Sehingga jangan pernah takut membagi cinta. :D :D

kita lahir, hidup dan mati karena cinta..

Acc..

Kopi dan PNS

Persis seminggu yang lalu, di tempat yang sama, jam yang hampir sama, dengan tujuan yang sama pula, saya duduk menunggu di sebuah gerai penjual kopi panas. Memesan segelas kemudian duduk di pinggir paling dekat dengan jalan. Jika minggu lalu yang duduk disudut gerai itu adalah empat orang laki-laki dengan seragam korpri, sekarang berbeda, ada lima ibu-ibu dan satu laki-laki yang masih muda, seragamnya sekarang bukan korpri, tapi pakaian dinas dengan tulisan pemerintah kota. Mungkin mereka PNS pemerintahan, mengingat depan gerai ini adalah kantor walikota, atau mungkin mereka honorer, yang jelas mereka bukan pegawai swasta. Jam 10 pagi, mereka asik berbincang, menikmati pagi dengan minuman masing-masing, bercanda satu sama lain dan tertawa riang, memang asik jadi PNS kalau seperti ini, kerja santai dan gaji tetap jalan. Tapi harus diperjelas, mereka belum tentu pegawai yang malas, mungkin karena tidak ada pekerjaan di kantor sehingga duduk santai seperti itu adalah pilihan terbaik. Sebenarnya saya iri sekaligus sedih, karena beberapa tahun lalu saya ikut mendaftar PNS tapi tidak lulus. Alasan saya sederhana, saya ingin bekerja dan  mendapatkan gaji setiap bulannya, dengan gelar pegawai negeri sipil hingga tua dan pensiun tetap akan menerima gaji. Keuntungan pegawai negeri dibandingkan pegawai swasta, pegawai negeri relatif aman dan mekanisme pemecatan lumayan susah, jika tidak disukai oleh atasan paling akan dimutasi. Berbeda dengan pegawai swasta yang kapan saja bisa dipecat, jika atasan sudah tidak senang atau kinerja menurun, maka banyak alasan bisa ia gunakan untuk memecat. Katanya, PNS itu digaji dari hasil pajak, dan yang taat bayar pajak akan digelari orang bijak. Harusnya selain gelar bijak masyarakat juga bisa mendapatkan fasilitas lebih bukan sebaliknya. Masyarakat sudah membayar melalui pajak, tapi jika ingin mengurus administrasi atau KTP misalnya, jangan harap bisa cepat selesai jika tidak ada selip-selip di bawah tangan. Tapi.. Sudahlah.. ini bukan hal tabu lagi dan kadang beberapa orang menganggap itu wajar-wajar saja. Pegawai dengan golongan dibawah kadang kurang puas dengan gajinya, sehingga lewat jalur itulah mereka bisa dapat tambahan pembeli rokok atau pembeli kopi. Saya juga sering menempuh jalur itu agar bisa dapat pelayanan ekspres. Selain itu mereka harus mengembalikan modal, katanya, dan mudah-mudah ini cuma issu, mereka harus membayar sekian rupiah agar bisa lolos jadi pns, meskipun tidak semua membayar seperti itu. Bagi yang punya uang, membayar puluhan juta bahkan ratusan juta lebih baik daripada jadi pengangguran. Seandainya beberpa tahun lalu saya punya uang, mungkin saya juga akan menempuh jalur itu, anggaplah seperti investasi atau menabung, setiap bulannya akan diterima bahkan hingga kita meninggal, menarik bukan, siapa yang tidak ingin jadi pns jika seperti itu. Tetapi ini bukan investasi yang seperti pada umumnya, jalurnya pun bukan jalur umum, seperti lewat di lorong rahasia, tidak semua bisa melewati, meskipun sebenarnya sudah menjadi rahasia umum.
Tapi itu hanya akan menjadi angan-angan  bagi yang tidak punya uang, yaah.. pns itu seperti mimpi manis bagi mereka yang bukan anak orang kaya, bukan anak pejabat, atau bagi mereka yang tidak punya koneksi. Skill, keahlian, kecerdasan biasanya tidak berlaku pada kondisi seperti itu. Berdoa cara yang baik, agar kondisi bisa berubah, agar penerimaan bisa objektif, dan katanya akhir-akhir ini, objektif itu sudah dijalankan. Semoga saja..
Ah, Saya ini seperti orang yang iri luar biasa, mengomel karena tidak bisa..
sudahlah.. kopi saya mulai dingin..

Licin, Terjal dan indah, perjalanan ke Umpungeng

Kesalahan saya waktu itu karena tidak sempat menanyakan siapa namanya. Badannya kurus, lebih kurus dari saya, kulitnya putih dan rambutnya lurus, katanya dia belum menikah. Dia pernah ke tanah papua merantau sekitar 7 tahun lamanya, disana dia bekerja sebagai tukang jahit dan menjual seragam sekolah, kain dia beli dari Australia, katanya lebih murah. Untuk harga baju seragam SD dia jual sekitar 200 ribu/lembar. Harga jual disana memang mahal, tapi berbanding lurus dengan biaya hidup. Yaa kita harus pandai-pandai menabung, jika mengikuti kebiasaan orang sana yang senang berpesta dan mabuk-mabukan, maka tidak akan ada hasil yang bisa kita bawah pulang dari perantauan, katanya setengah ngos-ngoson sambil tetap mengarahkan setir motor di atas jalan yang berbatu.

Saya harus mengakui kehebatan dia mengendarai motor, begitu pun teman-temannya yang lain. lincah dan kuat menahan beban di jalan yang luar biasa menantang. Saya yakin pedrosa atau valentine rossi pun akan mundur jika melihat track ini. Berbatu, sempit, licin, naik turun gunung, dan untung baik kami lalui saat malam sehingga jurang terjal tidak menjadi beban psikologis, yang kelihatan hanyalah siluet gunung dan pohon-pohon yang menjulang tinggi. Gelap berteman udara sejuk, suara burung malam tidak terdengar, digantikan suara knalpot motor yang bergemuruh, sesekali diseligi suara bak mesin motor yang berbenturan dengan batu, sekitar 15 kilometer saya harus memegang besi penyangga sadel agar tidak jatuh, pegangan itupun harus seerat mungkin, duduk agak kedepan dan kepala agak kebelakang, sepertinya itu gaya terjelek saya saat dibonceng, jika saya pindahkan tangan dan memeluk dia, sepertinya kurang bagus, selain akan tambah menyusahkan juga kurang sopan memeluk orang yang belum begitu akrab, meskipun sejenis. Saya sempat tersentak diam dan takut, ketika melihat kuburan di pinggir jalan, tepat di tanjakan terjal dan menikung kira-kira 45 derajat lebih tajam dari 90 derajat, dia pun membunyikan klakson, biasanya itu pertanda izin lewat kepada penghuni tempat sekitar. saya melirik kebelakang, yang kelihatan hanya gelap, melihat ke depan yang kelihatan hanya warna cokelat jalanan basah yang baru saja diguyur hujan dan mengkilap karena terpaan lampu motor. Langsung teringat film-film horor Indonesia, jika tiba-tiba muncul warna putih dengan suaranya yang mendayu-dayu atau ketawa cekikikan. Tapi rasa takut itu hilang saat dia bilang sering melintasi jalan ini sendirian, jam 2 malam dan tidak ada yang mengganggu. Untuk menghilangkan pikiran aneh saya serbu dia dengan pertanyaan.

Merepotkan betul ma ini sama teman-teman ku, jauh-jauh dijemput, saya memulai lagi perbincangan. Akh tidak apa-apa, ini acara bersama, yang penting semua bisa berjalan lancar, jawab dia dengan aksen agak melayu. Kenapa ki belum menikah? Saya mulai masuk hal pribadi. Belum mau, kalau sudah menikah tidak bebas lagi, ya cukup pacaran saja dulu, katanya sambil ketawa kecil. Tapi saya tidak pernah pacaran lama, Cuma beberapa minggu saja putus lagi dan cari lagi yang lain. Wah, berarti banyak pacarta itu di kampung, saya menimpali. Tidak juga, jawabnya singkat. Saya tidak mau kehilangan pertanyaan, sehingga hal aneh pun saya tanyakan hingga masalah penghasilan pribadi. Katanya, penduduk di kampungnya bekerja sebagai petani kopi, cengkeh, cokelat, menyadap getah pohon pinus dan membuat gula merah dari pohon aren. Memang banyak pohon aren di sepanjang jalan, berarti disini banyak tuak? Tanya saya lagi. Tidak banyak juga,  Cuma beberapa saja dan itu langsung dibuat gula. Disini orang-orang atau anak muda tidak suka minum tuak, itu pesan orang tua katanya, tidak boleh mabuk-mabuk dan main judi, tapi kalau pacaran atau merokok tidak apa-apa, itu masih normal, tapi pacaran itu tidak masuk dalam pesan orang tua. mabuk dan judi bisa menjadi sumber kejahatan lain, jika orang sudah mabuk maka bisa saja berkelahi dan sebagainya, atau jika orang main judi dan kalah bisa saja mencuri agar bisa judi lagi. Itu pesan yang cukup menarik.

Kami istrahat sejenak, berhenti di jembatan terakhir, betul-betul capek, tangan saya sakit karena terus memegang besi motor agar tidak jatuh. Tapi semua itu tertutupi oleh perasaan senang bisa menikmati pengalaman yang seru ini. Sekitar 5 kilometer lagi kita sampai, habiskan 2 batang rokok kemudian jalan lagi. Dari jauh terlihat bendera hias, bahagia rasanya akhirnya sampai di tempat tujuan. Sambutan yang luar biasa, dijamu dengan baik dan bersahabat. ini pengalaman yang luar biasa.

Terima kasih yang cukup mendalam buat silo’ Riko dan teman-teman panitia, buat 7 orang yang telah menjemput, dan 7 orang lagi yang telah mengantar, buat fung … yang dengan baik mengizinkan, menjamu dan memberi fasilitas untuk menginap di rumahnya, buat seluruh masyarakat umpungeng kab. Soppeng yang dengan ramah, bersahabat menerima kami untuk ikut menikmati pesta adat, terima kasih untuk semua senyum kebaikan kepada kami, dan mohon maaf jika ada yang tidak berkenan dari kami. Acc..

Nasionalisme bukan Hobi

Ini bukan sebuah nasionalisme yang tiba-tiba membara karena setting kepentingan kelompok tertentu, membenci Negara lain karena hasutan dan menjadi orang yang seolah sangat cinta tanah air. Atau nasionalisme yang muncul karena senang menonton pertandingan bulu tangkis. Bukan nasionalisme yang dibungkus dengan hobi bola, sehingga merah putih dan garuda melekat di dada. Ini bukan nasionalisme momentum tujuh belasan di bulan agustus.

Tak banyak yang pernah mengunjungi mereka, apalagi pejabat tinggi yang tentu tidak akan tertarik mengendarai motor menyusuri jalan berbatu dan sempit, naik turun gunung dan bermain dengan jurang yang terjal. Beberapa teman, yang mengaku orang soppeng asli saat saya tanya, ternyata belum pernah kesana, pernah dengar namanya, tapi belum pernah kesana. Jangankan itu, sinyal frekuensi telepon pun masih malu-malu mengunjungi mereka, listrik mereka peroleh dari genset dan pembangkit alternatif.

Di umpungeng kabupaten soppeng, Sulawesi selatan, mereka menggelar sebuah acara adat, maccera’ tanah atau menumpahkan darah hewan, tanggal 12-14 maret 2014 kemarin. Kembali merefleksikan masa-masa mengharukan DI/TII, masa kritis saat Indonesia baru saja dideklarasikan sebagai Negara yang merdeka, masa dimana di tempat mereka terjadi pembunuhan dan menumpahkan darah pendahulu mereka. Hal yang menarik dari acara ini, meskipun ini adalah sebuah acara adat dan bukan ritual kebangsaan, tetapi bendera merah putih dipegang erat oleh mereka, dikibarkan di barisan terdepan iring-iringan rombongan. Ini adalah bentuk ke cintaan mereka terhadap bangsa, meskipun acara mereka tidak dihadiri oleh pemerintah atau presiden atau pejabat negara lainnya. Ini adalah refleksi masa-masa DI/TII, pertarungan gerilyawan melawan tentara Indonsia, dan mereka memperjelas keberpihakan mereka, bahwa merah putih harus tetap dikibarkan, kecintaan tanpa ada kepentingan dan bukan sekedar hobi. Acc…

Kesejukan Alam Barambang Sinjai





Hampir semua orang akan senang berada pada sebuah tempat yang indah, tempat yang mampu memberi kesejukan. Membiarkan udara lembut menyapa kulit, sejuk mengisi rongga pernafasan, membawa kita larut dalam suasana yang penuh kedamaian suguhan alami dari alam.

Salah satu tempat yang menawarkan kesejukan itu adalah air terjun Barambang, terletak di kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Untuk sampai di tempat itu kita harus menempuh jarak sekitar 10-20 km menuju Sinjai Borong dari jalan poros Tanete-kota Sinjai. Akses menuju tempat tersebut lumayan berkelok-kelok dan jalanan sempit, namun pemandangan sepanjang jalan akan membuat kita lupa untuk mengeluh, karena jalan yang dilewati penuh lubang yang siap mengayun kita di atas kendaraan. Jika ingin berhadapan langsung dengan air terjun dan merasakan bulir-bulir air menyapa kulit, kita harus menuruni tangga yang lumayan tinggi, orang sekitar biasa menyebutnya tangga seribu. Mungkin karena tingginya dan menguras tenaga untuk melewati tangga itu sehingga tangga seribu adalah kata yang pas untuk menggambarkan kondisi tersebut.

Mari sejenak kita bercumbu dengan alam, bermain dengan air yang dingin, membiarkan tubuh basah merasakan goresan aliran air yang dingin. Melepas penat, lelah dan segala gundah yang ada, biarkan semua mengalir bersama arus menuju muara yang tak bertepi.
Batu-batu kecil akan memberikan pijatan alami pada telapak kaki saat berjalan di aliran air, cukup untuk memberikan refleksi dan merangsang saraf pada kaki. Jika alergi pada air dingin, duduk di sekitar air terjun, di atas batu atau balai-balai yang ada untuk menatap alam sekitar juga akan menarik, memperhatikan gunung yang menjulang tinggi, perkebunan warga yang hijau atau menunggu kabut yang kadang datang jika cuaca sedang tidak cerah.

Air Terjun barambang, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, pesona alam yang berkesan, salah satu keindahan alam dari jutaan keindahan yang ada.
acc..

Intelek peminta-minta

Gambar di depan pintu 1 unhas 23-2-14
Konon katanya, mahasiswa adalah makhluk intelektual dengan segala kecerdasan yang mereka miliki, wawasan yang luas serta solidaritas yang tinggi. Mahasiswa menganggap dirinya sebagai agen pembawa perubahan dan kontrol sosial. Ini dibuktikan oleh berbagai macam catatan sejarah, kejadian-kejadian besar di negeri ini yang dipelopori oleh mahasiswa, keruntuhan rezim soeharto misalnya yang banyak menganggap mahasiswa sebagai pemeran utama atas peristiwa itu. Inilah yang menjadi spirit tersendiri bagi beberapa mahasiswa untuk tetap membangun dan melestarikan lembaga kemahasiswaan, dimana lembaga inilah yang memberi peran besar dalam menyatukan pola pikir, gerakan dan menjadi sentrum dari segala aktivitas. Membangun perlawanan, kritik, dan gerakan sosial yang menyentuh masyarakat secara langsung. Dan agar lembaga ini tetap hidup, maka kaderisasi tentu harus terus berjalan, kaderisasi sebagai ruh dari sebuah lembaga.

Jika kaderisasi terus berjalan tetapi kualitas kader menurun maka itu sebuah kaderisasi hampa  yang akan menghasilkan sebuah lembaga kemahasiswaan yang mandul, mati rasa dan tidak kreatif. Sekarang banyak fenomena yang seperti ini bisa kita saksikan di kampus-kampus. Ketika aktivitas diskusi yang dulunya menjadi sebuah trend mahasiswa, kini diganti oleh trend online dan individual, mengesampingkan kedekatan emosional. Jika mahasiswa dulu dengan segala sopan santunnya, dan segala bentuk penghormatan kepada yang lebih tua, menjadikan pengalaman mereka sebagai referensi kedepan, tetapi sekarang karena efek individual yang lebih tinggi, maka siapa kamu siapa saya adalah prinsip merdeka mereka yang tak mampu di tepis.

Selain itu, dulunya mahasiswa adalah sahabat orang kecil, sahabat para pengamen jalanan, sahabat para pengemis, tetapi sekarang mahasiswa telah menjadi pesaing mereka. Mahasiswa sekarang tidak lagi turun ke jalan dengan aspirasi yang membara, melainkan ke jalan membawa kardus, berdiri di sudut lampu merah, mendatangi satu demi satu orang lewat, menyodorkan, meminta bantuan, mengemis meminta uang. Penggalangan dana katanya, untuk bakti sosial, untuk mubes atau untuk kegiatan lainnya. Mental Peminta-Minta. Kreatifitas yang mati dan menginginkan segala sesuatu dengan instan, menjadi peminta-minta intelek adalah solusi praktis dan atas nama gerakan mahasiswa.


Agen perubahan sudah sangat tipis bedanya dengan event organiser, sekedar penyelenggaraan kegiatan atau program rutin yang tidak dipahami makna dan tujuannya, itupun jika ada kegiatan. Sekedar sebagai tameng saat laporanan pertanggungjawaban diakhir kepengurusan.

acc..

kamera dan perubahan sosial

Menurut saya, Kamera adalah alat yang bisa membekukan gambar, mengabadikan momen dengan pemanfaatan cahaya. Kamera satu kesatuan dengan Fotografi, siapa penemu fotografi yang pertama menjadi sebuah perdebatan, terdapat berbagai perbedaan pendapat, ada yang mengatakan yang pertama adalah Abu Ali Al-Hasan Ibnu al-Haitham seorang muslim, ada juga yang mengatakan Joseph Nicephore Niepce, ada juga yang mengatakan Cardano Geronimo, ada juga yang mengatakan Roger Bacon, tapi siapa pun itu, mereka adalah orang hebat dan genius. Disini saya tidak akan bercerita tentang sejarah panjang dan rumit itu, cuma sekedar menceritakan pengalaman saat pertama kenal fotografi hingga perkembangan yang saya temui saat ini.

Mungkin sekitar tahun 1991 atau 92, memori yang masih bisa tersimpan hingga saat ini, pertama lihat dan belum dibiarkan menyentuh, kamera berwarna hitam dan akrab disebut tustel, 36 kutipan tanpa display yang bisa memunculkan hasil jepret atau pilihan hapus jika fotonya kurang bagus. Masa itu tustel masih sangat jarang, hanya kalangan tertentu yang bisa memiliki, sehingga pajangan foto keluarga tidak akan kita temui di ruang keluarga, yang ada biasanya cuma hasil lukisan. Jika anak muda zaman dulu berfoto, biasanya akan menjadi gaya andalan bersandar di pohon atau dinding, jaket di pundak dan rambut gonrong dilengkapi kacamata hitam yang lebar, kemudian disimpan rapi dalam album yang biasanya bertulis Fujifilm. Mungkin gaya yang digunakan setiap zaman tergantung gaya mereka yang menjadi idola.


Karena susahnya atau karena jarangnya tustel pada tempo doeloe sehingga foto-foto yang beredar juga jarang. Sampai memasuki era milenium, era dimana digital mulai marak, sudah mulai muncul kamera DSLR di kampung, dipegang oleh tukang foto yang ke sekolah saat foto ijazah. Terus berkembang ke kamera pocket atau akrab disebut camdi, hingga munculnya hp dengan fasilitas kamera vga, dan sekarang semakin canggih, kamera dengan fasilitas Hp. Perkembangan inilah yang memacu peredaran foto terus meningkat, tidak perlu lagi album foto, cuci cetak biasa sepi, kebanyakan yang cetak foto cuma untuk kebutuhan pas foto atau foto pernikahan dan foto keluarga. Batasan foto pun tidak lagi sakral, mulai dari gaya minimalis, dokumentasi perjalanan, foto makanan sebelum makan, foto dengan bibir cembung dan foto setengah telanjang yang anehnya foto itu biasanya diabadikan sendiri dan akrab disebut selfie. Perkembangan kamera ini sangat cepat, efeknya pun bermacam-macam, dan penggunanya mulai dari anak kecil hingga orang tua tanpa ada batasan jabatan atau status. Mulai dari memfoto muka sendiri hingga memfoto hanya bagian tertentu, misalnya memfoto luka lecetnya kemudian dibagikan ke media umum.


Kamera adalah teknologi yang luar biasa, akan menjadi baik jika digunakan untuk hal yang baik pula, tidak salah memfoto diri sendiri, yang salah jika memfoto diri sendiri dalam keadaan tidak layak publik kemudian kita sebarkan..

selamat foto-foto..

Generasi muda tidak mati kiri

Sebagian kecil contoh yang pernah terjadi,
Saat seorang pemateri hebat, berapi-api membawakan sebuah kajian, mata merah dan menggetarkan peserta, lantang saat menggertak, tiba-tiba merubah intonasi dan nada suara saat lawan jenisnya bertanya.
Seorang pria tampan yang Cuma bisa mengendarai motor matic, tiba-tiba lihai memakai motor kopling karena seorang perempuan minta diantar.
Seorang adik cantik yang malas mengikuti kegiatan, tiba-tiba duduk paling depan, karena kakak tampan ketua panitia.

Tidak objektif, berbuat atau bertindak karena pengaruh orang lain dan biasanya lawan jenis, ketika perempuan yang meminta maka lelaki pun tak kenal kata tidak, begitupun sebaliknya. Disebut mati kiri, karena posisi perempuan pada laki-laki itu disimbolkan sebagai rusuk sebelah kiri, sedangkan bagi perempuan disebut mati kanan. Mati kiri dapat diartikan sebagai sebuah perilaku berlebihan, tunduk dan pasrah pada lawan jenis dan bersifat tidak objektif.  inilah sehingga ada yang menganggap mati kiri atau mati kanan itu sebagai sebuah penyakit. Mati kiri berbeda dengan perilaku seseorang kepada orang yang memang sudah menjadi pasangannya, jika perlakuan lebih kepada pasangan, maka itu adalah sebuah bentuk tanggung jawab, sedangkan perilaku mati kiri dilandasi oleh sebuah pencitraan agar terlihat baik, hebat, keren atau bisa diandalkan.
Jika mati kiri ini menjadi tabiat generasi muda, maka yang ada hanyalah sebuah bentuk aktualisasi diri, melakukan aktifitas atau kegiatan bukan atas dasar nilai dan kesadaran tapi aktifitas self presentation.


Pada dasarnya manusia memiliki sifat lembut dan sifat tegas, perpaduan kedua sifat ini akan membentuk keseimbangan sehingga disebut sebuah kesempurnaan jika dapat memadukan keduanya dengan baik. Laki-laki dengan dominasi sifat tegas atau perkasa sangat membutuhkan kelembutan sebagai penyeimbang, sehingga alasan itu yang menjadi legitimasi bagi mereka untuk mencari perempuan yang didominasi sifat lembut. Meskipun dalam tinjauan lain dikatakan, bahwa tanpa pasangan pun kedua sifat itu bisa diseimbangkan, karena masing-masing ada di setiap diri manusia, pasangan itu sekedar pemenuhan aspek bilogis.

dicari: Generasi muda yang tidak mati kiri !!!
acc..

selamat ulang tahun hmi


Pak lafran pane sapaan yang sedikit akrab mungkin, karena terlalu berlebihan bagi saya jika harus seolah memanggil beliau dengan panggilan ayahanda, bukan tidak mau, cuma kata itu terlalu menggelitik, sama menggelitiknya panggilan kanda kepada senior, atau panggilan dinda kepada junior, tapi itu cuma menurut saya secara pribadi.

Semangat beliau dan teman-temannya sungguh luar biasa, membentuk sebuah organisasi dengan tujuan mulia, membina insan akademis, sebagai insan pencipta, pengabdi, yang dibalut dengan label agama islam yang diyakini agama sempurna, demi terwujudnya sebuah tatanan masyarakat adil makmur yang tentunya dengan ridho tuhan semesta alam.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sejak 1947 hingga sekarang tentu sudah cukup tua, jika manusia maka mungkin dia sudah bungkuk dan keriput. Tapi terlalu jauh jika saya harus membahas perjalan kisah yang panjang itu, cukup saya utarakan kisah sejak pertama saya mengenal hmi.

Banyak anggapan negatif tengang hmi, dengan sejumlah anggota biasa hingga tokoh besar hmi yang sudah bermain dalam kanca nasional dan sukses memberi sumbangsi yang cukup signifikan dalam pengrusakan nama hmi. Kita tidak perlu sebut nama, karena mereka cukup banyak dan populer. Selain itu, sadar atau tidak banyak anggota hmi sendiri yang juga ikut andil merusak, mulai dari mereka yang sekedar ikut bastra dan keluar mengatas namakan anggota hmi, atau anggota aktif yang mengatas namakan hmi kemudian memanfaatkan nama besar hmi untuk kepentingan pribadi atau sekolompok orang. Pemanfaatan dalam dunia politik yang cukup marak dikalangan senior atau teman yang sering saya jumpai, trand keluaran aktifis hmi biasanya terlibat dalam partai politik, meski tidak semua seperti itu. Keterlibatan itu tentu tidak salah, semua orang berhak memilih jalan hidup masing-masing, termasuk terlibat dalam parpol. Yang salah jika memaksakan keinginan atau kepentingan pribadi dalam keterlibatan tersebut dan menyeret junior yang masih muda, yang masih harus belajar di kampus, yang belum matang pola pikirnya, dan dijadikan sebagai peluncur. Junior yang masih muda dan sedikit lugu pasti akan senang, bagaimana tidak, dengan usianya yang masih muda, baru dan keinginan eksist cukup tinggi akan memotifasi dia untuk terlibat, siapa yang tidak senang jika di iming-imingi akses ke jenjang penguasa, bertemu orang besar sekelas dewan atau pemerintah daerah bahkan mentri, dan mungkin juga itu tidak salah, yang salah jika itu sekedar iming-iming semata.
Belum lagi pertarungan sesama anggota sendiri, pertarungan dalam memperebutkan posisi atau jabatan kepengurusan. Siapa yang tidak senang namanya ditulis sebagai ketua cabang, atau ketua badan kordinasi hingga ketua pusat. Persahabat yang terjalin di forum bastra, dilingkaran kajian, di meja diskusi harus rusak karena perbedaan pilihan, karena tidak mendukung satu sama lain.

Hmi memang cukup seksi, organisasi tua yang mimiliki banyak anggota dan tersebar diseluruh pelosok negeri. Memiliki banyak alumni yang sudah sukses menduduki posisi penting dan strategis, jaringan cukup luas, Itu salah satu alasan nama hmi bisa dipakai untuk mencari atau membuka akses. Dan menarik bagi mereka yang ingin memanfaatkan peluang usaha, mulai dari usaha jual beli barang, jasa hingga usaha multi level marketing atau mlm. Mulai mlm syariah hingga mlm pembalut. Sekali lagi itu sebuah usaha, tidak salah bagi mereka yang ingin berusaha, yang salah mungkin, jika kita memaksakan usaha tersebut untuk diminati, atau memaksakan teman, junior untuk terlibat karena alasan solidaritas atau kesetiakawanan. Dan teman atau junior yang baik, akan terlibat, mungkin karena usaha tersebut memang menarik atau karena ke-tidak enakan kepada teman atau senior.

Tapi selain itu, selain ketimpangan yang ada, banyak juga yang atas nama hmi, membuat sebuah kegiatan yang membantu masyarakat kecil, dari kegiatan massal hingga kegiatan-kegiatan perorangan. Yang kadang dilaksanakan pada tataran komisariat atau cabang.
Hmi ini adalah wadah yang menampung berbagai jenis pola pikir dan tabiat anggota, apa warna dan perilaku yang ada di dalamnya sangat ditentukan oleh anggota yang menjalankan. Ibarat satu perahu, jika salah satu anggota membocor perahu maka anggota lain harus cekatan mengeluarkan air yang masuk atau segera menambal bocornya, jika tidak cekatan maka semua akan ikut tenggelam. Kadang orang lain atau masyarakat secara umum melihat sebuah permasalah secara general, satu yang berbuat salah maka semua akan kena imbasnya. Anggotalah yang harusnya pintar memposisikan diri, bertindak dan membuat suatu aktifitas yang tidak merusak nama organisasi yang juga dapat merusak nama anggota lainnya, karena kita dalam satu naungan.
sangat tidak baik jika kita sebagai penerus, merusak nilai tulus yang ingin dibangun oleh bapak lafran pane. Anggota harusnya selalu menjaga agar tetap berjalan di koridor yang ada yakni ndp dan tujuan hmi, selalu menjadikan hmi sebagai wadah kaderisasi, memanusiakan manusia, belajar dan terus berjuang.

Bagi saya berdiri di sebuah komunitas kecil dengan anggota beberapa orang, di kampus politeknik ujung pandang dan bernaung di bawah payung hmi, sudah sangat cukup. Saya juga bukan anggota yang baik, tapi ingin melihat semua baik, cukup peduli kepada organisasi ini khususnya pada komunitas kecil tempat saya belajar, dan membuka tabir-tabir pengetahuan.
Selamat ulang tahun hmi, semoga bisa lebih baik.

Mks, 5 feb 14.
Acc...

pagi ini


Terinspirasi dari tulisan beberapa tahun silam yang terbit disalah satu buletin kampus.

Pagi ini seperti biasa, saya bangun tidak begitu pagi, biarlah ayam lebih dulu mematok rejeki, toh paruhnya kecil, tidak mungkin dia akan habiskan rejeki untuk hari ini, ayam mematok rejeki dipagi hari itu biasa menjadi keluh orang tua yang mudah-mudahan tidak muak dengan anaknya yang malas bangun.
Sebenarnya bukan malas bangun pagi, tapi matalah yang terus memaksa untuk tertidur, dia ingin balas dendam, karena semalam dia dipaksa untuk membelalak hingga subuh. Tapi ternyata mata yang malas terbuka dikalahkan oleh aroma pisang goreng pagi ini, saya bangun, pisang goreng itu memang menggoda.
Teh, pasangan yang tidak begitu serasi sebenarnya dengan pisang goreng, tapi karena itu yang ada maka itulah yang terbaik untuk diminum dan mengguyur pisang di kerongkongan yang kadang malas untuk turun ke lambung. Sambil buka-buka hp, banyak pemberitahuan masuk, salah satunya pesan dari always, sekedar ucapan selamat pagi, saya tidak tau maksudnya apa, karena baru pagi ini dia kirim pesan, sekedar sapa atau menyimpan modus lain, saya balas kemudian tidak ada lagi respon. Mungkin dia mau menunjukkan kalau dia bagun cukup pagi hari ini, entahlah.
Pagi ini, tidak sejuk lagi, karena matahari sudah mulai sangar, ini masih pagi atau sudah siang, batasan jamnya saya tidak begitu paham. Teman baik, malas bangun yang saya miliki yaitu malas mandi pagi, tapi itu sudah hilang sejak setahun lalu, sekarang mandi dulu baru keluar, memakai hembodi (ejaan versi daerah) untuk menyembunyikan kulit kaki yang belang-belang. Sebenarnya memakai hembodi biasa saya lakukan sejak sekolah, merek-nya tergantung merek yang dipakai mama saya, minyak rambut yang saya gunakan dulu minyak kemiri, cukup populer di kampung kala itu, bukan hanya rambut, jidat pun ikut mengkilat, rambut akan seperti daun talas, membiarkan air menggelinding dipermukaan dan tidak meresap, tapi sebaliknya, segala jenis debu akan melekat dengan baik.
Beginilah kalau bukan orang kantoran, setiap pagi aktifitas tidak jelas, keluar rumah dan jalan begitu saja, dan pagi ini, diperjalanan ketemu dengan om polisi, saya ditahan, dia minta sim dan stnk, seperti beberapa teman lainnya, ompol ini juga berkulit hitam legam seperti kue yang over d dalam pemanggang kue, perutnya agak buncit, dan kadang susah senyum, sedikit gugup saya sodorkan sim dan stnk, dia bolak-balik baca dan dikembalikan, silahkan jalan katanya. Dengan ucapan terima kasih lalu saya pergi, masih gugup, mungkin karena dikepala sudah membentuk ketakutan. Menepi, singgah di sebuah warung kopi, ingin menghilangkan rasa gugup, seteguk kafein tambah seisap nikotin mungkin bisa melegakan. Keringat yang dari tadi keluar memang membuat perasaan kurang nyaman, kopi menghilangkan gugup, tapi masih ada perasaan yang kurang nyaman, ah betul mengganggu. Berfikir apa yang salah dari pagi ini, padahal semua berjalan seperti kemarin-kemarin, kecuali ditahan om pol tadi. Bakar lagi nikotinnya, berusaha rileks, buka media sosial, ambil hp, tulis cerita pagi ini. Ohh..Ternyata saya belum boker.. hehehehehe

Warkop, 4-2-14.. acc

konci bu aji

Konci, dengan aksen bugis dan suara yang halus, ibu-ibu sambil melebarkan bibir dan sumringah menatap lawannya dengan ekspresi kemenangan. Dia baru saja menamparkan lembaran domi ke lantai, konci atau kunci biasa juga disebut kandang dan menutup putaran domi lalu menghitung mata domi dengan jumlah terendahlah yang menang. Tentu ibu aji yang mengunci tadi sebagai pemenangnya kali ini, dia tersenyum terus dengan cipo’-cipo’ di kepala, cipo’ itu adalah sebuah simbol  bagi perempuan yang telah menunaikan haji dan akan disapa dengan panggilan pung aji, ibu aji atau melekatkan aji di depan namanya.

Saya duduk di ruangan depan, memandangi ibu-ibu di ruangan tengah dengan cahaya yang seadanya, saya mengira mereka sedang sibuk memotong bawang, atau membuat kue dan makanan untuk persiapan menjamu para tamu besoknya. Ternyata keliru, mereka sibuk bermain domino.

Suasana malam yang meriah, ruangan tengah sebuah rumah panggung dipenuhi oleh ibu-ibu yang duduk berkelompok 4 orang, lembaran domi berwarna kuning masing-masing di tangan, menyusun strategi dan mengecoh lawan mengharap kemenangan. Dari puluhan pemain hanya empat oranglah nantinya yang akan bertahan sebagai pemenang, mereka harus lincah memainkan kartu agar panci atau daster bisa menjadi milik mereka dan dituliskan namanya sebagai pemenang.

Jika di daerah lain, saat ada pesta biasanya hanya laki-laki lah yang mengikuti perlombaan main domino. Tapi di daerah ini berbeda, di perbatasan negara, mereka tidak mau kalah mengambil posisi dan menamparkan lembaran demi lembaran domi, mulai dari ibu-ibu hingga gadis-gadis yang tangannya masih halus, tidak kalah lincah memainkan kartu, permainan ini lebih menarik bagi mereka, dibandingkan keluar ke tempat terbuka dan mangkal atau sekedar lalu lalang dikeramaian untuk memancing atau menarik perhatian lawan jenis mereka. 

Katanya, setiap ada pesta atau acara keramaian lainnya, selalu ada pertandingan domino antar ibu-ibu seperti ini. Saya berfikir mungkin ibu-ibu di daerah ini sudah mengenal kesetaraan gender ala barat sehingga mereka juga ikut ambil posisi dan tidak mau kalah dengan bapak-bapak, ataukah ini sekedar ajang ramai-ramai dan bersuka cita di tengah aktivitas keseharian yang melelahkan. Entahlah. Yang jelas ini adalah sebuah acara pesta yang orang harusnya bersuka cita dan berbahagia, jika sekedar menghibur diri dan melepaskan penat, duduk bersama dan tertawa bermain domino tidak ada salahnya, terlepas dari segala aspek pengatur seperti agama dan pandangan sosial. ini cara mereka yang jauh dari keramaian dan kemajuan modernisasi untuk menghibur diri.

sebatik, 24 Jan 2014
acc..

catatan dari ujung pulau


Ini tidak melalui sebuah penelitian ilmiah yang lengkap dengan segala prasyarat sehingga dikatakan karya ilmiah. ini hanyalah sebuah catatan dari perjalanan mengunjungi tempat yang pertama kali saya datangi. Mungkin sebagian orang menganggap hal biasa, tapi menjadi tidak biasa oleh saya karena ini pertama kalinya.
Sei-nyamuk atau biasa disebut sungai nyamuk, kecamatan sebatik kalimantan utara, berbatasan langsung dengan malaysia. Ketika dulu saya berkunjung ke pulau lain, jawa misalnya, saya memang merasa berada di daerah lain, karena di lingkungan saya berada dipenuhi dengan percakapan bahasa lokal, atau ditandai oleh ornamen lokal sebagai simbol daerah tersebut. Tapi ketika sampai di sini (sebatik) setelah melalui perjalanan ribuan kilometer menggunakan kendaraan darat, udara dan laut, saya merasa tidak pergi kemana-mana, disambut dengan bahasa melayu sebagai bahasa pemersatu mereka, bukan bahasa indonesia yang sesuai dengan eyd, dan bahasa sehari-hari mereka ternyata bahasa bugis.
Saat malam, sedang ada pesta, duduk melingkar dengan beberapa warga, terlihat dari guratan wajah, mereka ini pekerja keras, ternyata betul, mereka perantau dari sulsel, senyum mereka disela gumpalan asap, tata bahasa dan tingkah, masih menggambarkan nuansa tanah asal mereka. Katanya, disini 80% penduduk dari bugis, sinjai, bone, enrekang, wajo, sidrap, pinrang, bulukumba, sebenarnya bukan hanya bugis karena ada juga makassar, tapi secara umum mereka menyebut bugis,  sisanya perantau dari jawa dan orang tidung sendiri. Terlihat di gambar yang diabadikan dari salah satu mesjid besar di kota sebatik, nama mesjid ditulis dengan huruf lontara..
Saya langsung teringat dengan daerah luwu-sulsel yang beberapa wilayah didiami oleh orang jawa dan bali, mereka hidup dan berkembang di sana, sama atau tidak dengan kasus ini, saya kurang paham. Jika di luwu ada beberapa kampung atau desa yang diberi nama jawa/bali, maka di sini pun demikian, tempat yang lagi ada pesta ini disebut kampung sinjai, desa lapri kec.sebatik. Orang bugis telah menguasi beberapa wilayah disebatik ini, penduduk lokal tergeser kepolosok gunung. Dan katanya orang terkaya di daerah ini adalah orang bone, jika ada bangunan-bangunan besar, tanah yang luas itu dimiliki oleh mereka yang berlabel bugis. Secara singkat mereka menjelaskan tentang penamaan dan pemilikan tanah di ujung borneo ini, awalnya mereka merantau ke malaysia sebagai TKI ilegal, karena ilegal sehingga pekerjaan mereka disana terbatas dan dibayangi ketakutan akan ditangkap, mereka memilih pergi dan singgah di daerah ini yang dekat dengan malaysia, cukup 15 menit menggunakan speedboot. Tanah ini masih kosong, sehingga mereka membuka lahan dan bercocok tanam, begitulah seterusnya hingga sekarang menjadi ramai.
Bagaimana dengan penduduk lokal? Katanya" penduduk lokal tidak pernah pusing dengan kehidupan, malah mereka sendiri yang menjual tanah mereka kepada para pendatang, kehidupan penduduk lokal sangat sederhana, rumah mereka seadanya, yang jelas bisa berteduh, jarang penduduk lokal yang berminat kerja keras mengumpulkan uang, kata mereka" kami  lahir disini, besar disini dan akan mati disini, apa yang akan kami kejar? Jika kehidupan kami hanya berputar disini, yang jelas masih bisa makan untuk melangsungkan hidup, berbeda dengan kalian para pendatang, kalian harus kerja keras mengumpulkan uang, karena kalian perantau yang punya cita-cita untuk kembali ke kampung masing-masing karena disana kehidupan kalian.
Lalu bagaimana dengan kehidupan para pendatang, khususnya orang-orang bugis, apakah akur-akur saja? "Kalau disini kehidupan orang-orang sangat baik, kecuali di daerah timur sana, wilayah tarakan yang juga didominasi oleh bugis, disana pernah terjadi konflik kurang lebih 3 hari antara orang bugis, terkhusus orang pinrang, letta' dengan orang tidung.."kata orang disini, sebenarnya orang tidung mulai kehilangan kesabaran, karena orang bugis disana (tarakan) selalu mengganggu orang tidung (mengganggu tanda kutip)..banyak korban yang berjatuhan, dan paling banyak itu bugis, katanya.
Apa pekerjaan orang-orang bugis disini? "Mereka bertani, berdagang atau jual-jualan, membuat tambak udang, tambak ikan bandeng dan menjadi perampok. Banyak orang bugis di sini yang jadi perampok, mengambil hasil tambak orang, dan bisa dikatakan bajak laut, karena mereka merampok orang-orang di atas kapal yang akan menyeberang pulau dengan menggunakan speedboot, yang dirampok pun sesama mereka orang bugis. Jika mereka ketahuan dan dikejar oleh polisi, cukup melewati perbatasan negara saja, mereka akan aman, apalagi di tengah laut ada perbatasan tiga negara, indonesia-malaysia-filipina.

Catatan dari ujung borneo, berdasarkan hasil jalan-jalan dan perbincangan dari beberapa orang disini.

Sebatik, 24 Jan 14, acc...

Akhir 2013

Seperti tahun sebelumnya, kemeriahan selalu mewarnai malam pergantian tahun, momen sama yang sudah saya saksikan sejak kecil dulu. Ini sudah seperti sebuah tradisi atau sebuah ritual, terkhusus bagi remaja atau muda mudi, meskipun orang tua ada juga yang berpartisipasi, ini seperti hari perayaan kebesaran lainnya, dan semoga saya salah atas pernyataan tersebut.
Tapi jika ini adalah sebuah tradisi, maka ini tradisi yang lintas batas, lintas usia, lintas golongan, suku, ras bahkan agama.
Terlepas dari pro dan kontra berbagai penanggap, tapi realitanya seperti itu. Perayaan ini identik dengan pesta atau hura-hura, mulai dari kota besar hingga ke desa, mulai dari menyewa musik mahal, elektone, atau sekedar mengeluarkan speaker pribadi ke pinggir jalan kemudian bernyanyi bersama, perayaan dalam kategori paling sederhana biasanya sekedar berkumpul bersama dalam canda tawa menikmati kopi, teh atau minuman kemasan seperti teh gelas dan tahu isi. Yang sedikit religius biasanya merayakannya dengan doa bersama, atau yang membingkainya dalam nuansa intelektual biasa merayakan dengan diskusi bersama, setelah itu makan-makan..

Sore ini tanda-tanda perayaan itu semakin jelas, meskipun dari kemarin sebenarnya sudah banyak yang curi start, lebih duluan meledakkan petasan dan kembang api. Tapi sore ini semua semakin gencar, semakin gesit untuk menuju puncak perayaan. Penjual petasan dan kembang api semakin sengit bersaing memikat pembeli. Tidak mau kalah, penjual jagung, penjual ikan dan penjual arang ambil andil untuk mereka yang akan merayakan dengan bakar-bakar jagung atau ikan.. penjual terompet yang harus kerja ekstra membungkus jualan mereka agar tidak basah oleh rintik hujan juga berperan aktif.
Di sudut kota sana, mereka yang berlebih sudah mulai masuk ke ruang-ruang yang sedikit mewah, yang dipenuhi lampu kedap-kedip berwarna warni, bersama pasangan masing-masing atau teman-teman mereka tentunya. Ada juga katanya yang merayakan di kamar hotel, tapi..akh.. entahlah dengan itu, saya tidak paham.

Rintik hujan yang begitu tipis, kecil-kecil terus menetes dari langit, sepertinya ia sudah lelah dari pagi tadi menyerang dengan derasnya, membasahi bumi hingga tanah tak mampu lagi menampung airnya, dan membiarkan menggenang di permukaan. Ini tentunya baik mereka, hujan tidak menghalangi mereka keluar malam ini, rintik kecil bukan hal yang berarti, basah sedikit bukanlah sebuah masalah untuk acara tahunan ini. Bahkan rintik itu menjadi hiasan alami, warna yang terlihat indah menetes diselah cahaya lampu jalan.
Kembang api sudah mulai ramai mewarnai langit, petasan yang bersahutan seperti bersaing satu sama lain, suara bising, suara musik dan suara cempreng yang ikut menyanyi mengisi  hingga detik-detik menghitung mundur pergantian tahun. 10-9-8-7-6-5-4-3-2..dan tiba-tiba terdengar suara gemuruh, semua diam, berhenti menghitung..dan seketika suara ledakan pecah..mereka berteriak histeris, berlari berhamburan...ahhh...itu badai..meruntuhkan gedung, membelah jalan, mereka berlarian menyelamatkan diri..seperti semut yang disiram air keras, ada yang terinjak ada yang melompat.. hanya hitungan detik, air laut ikut meluap, diikuti longsor..semua disapu rata, gedung, rumah, kendaraan, semua digilas habis..banyak dari mereka terseret, ada yang tertimpa bangunan..atap seng beterbangan, menghantam siapa saja yang dilewati..suara petasan dan nyanyian berganti histeris dan tangis, darah banyak yang tertumpah.. rata..semua rata..mereka terkapar, ada yang kehilangan kepala, badan mereka terpotong menjadi dua, bahkan ada yang hancur remuk..tragis, sedih..
Tiba-tiba semua hening, dan terdengar suara perempuan "sayang, bangun maki, jadi mi kopi ta sama pisang goreng di meja"..ahh, itu suara istriku.. :D :D

acc...
(Sinjai: 31 Desember 2013)